21. Salah Paham

4.2K 311 12
                                    

Setelah menunaikan shalat isya, Zidan berencana untuk mengajak Aresha jalan-jalan ke pasar malam. Zidan menghampiri Aresha yang sedang bermain handphone nya.

"Sayang, jalan-jalan ke pasar malam, mau gak?" Kata Zidan.

"Emang boleh?" Zidan terkekeh. Memangnya, siapa yang melarang?

"Boleh lah. Kan yang ngajak, aku."

"Soalnya aku jarang banget keluar malem. Dilarang sama Abi." Zidan tersenyum.

"Itu kan sama Abi. Sekarang ada Abang yang jagain kamu. Jadi aman." Aresha mengangguk.

"Mau gak, nih?" Tawar Zidan lagi.

"Mau-mau!" Antusias Aresha. mereka bersiap lalu berpamitan dengan Adinda dan Andika.

"Bi, Zidan sama Resha mau ke pasar malam. Hitung-hitung ajak jalan-jalan Aresha."

"Boleh. Hati-hati ya. Sebelum jam sepuluh kalian harus udah pulang." Zidan mengangguk dan segera pergi ke pasar malam dengan berjalan kaki karena jarak nya tidak terlalu jauh.

Sesampainya di sana, mereka berkeliling untuk mencari apa yang menarik bagi mereka.

"Kamu mau beli apa?" Tanya Zidan. Aresha mengedarkan pandangannya dan berhenti di salah satu penjual gulali.

"Aku mau gulali, boleh?" Katanya.

"Boleh, ayo." Kemudian mereka membeli satu gulali. Kenapa satu? Karena Zidan tidak begitu suka dengan yang manis-manis.

"Berapaan, Pak?" Tanya Aresha pada si Bapak penjual gulali itu.

"Sepuluh ribu, Neng." Aresha mengangguk dan hendak mengeluarkan uang dari sakunya. Namun terhenti karena Zidan menahannya.

"Abang aja." Aresha mengernyit.

"Gak usah. Ini Resha ada uangnya." Tolak Aresha.

"Masukin lagi." Perintah Zidan.

"Loh, kok gitu?" Heran Aresha.

"Uang suami, uang istri juga, 'kan?" Aresha tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lalu mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pedagang gulali itu setelah Zidan membayarnya.

"Bang." Aresha menyuapkan sedikit gulali pada mulut Zidan.

"Gak mau. Abang gak suka, buat kamu aja." Ucap Zidan lembut. Selembut...

"Cobain dulu. Ini enak banget, beneran." Akhirnya Zidan memakan sedikit gulali itu.

"Enak, 'kan?" Tanya Aresha.

"Iyah. Cuman Abang aja yang gak suka terlalu manis."

"Berarti Abang gak suka sama aku, dong."

"Kok gitu?"

"Aku kan anaknya manis." Aresha tertawa. Zidan mencubit pipi Aresha karena saking gemasnya.

"Iya-iya. Istri Abang manis banget... Jadi pingin cubit pipinya."

"Istri?!" Suara seseorang dari belakang mampu mengejutkan keduanya.

"Eh, R-Rizal." Gugup Aresha.

"Kalian... Udah nikah?" Tubuh Aresha menegang. Ia memegang lengan Zidan.

"Alhamdulillah, Udah." Ucap Zidan santai. Aresha menatap kearah Zidan.

"S-sejak kapan?" Zidan mengernyit saat mendengar suara Rizal yang tiba-tiba menjadi gugup.

"Hari Minggu kemarin."

"Oh, barakallah... Semoga samawa, ya
" Rizal tersenyum getir. Lalu ia segera pergi dengan hati yang berkecamuk. Terkejut karena ternyata Aresha sudah menikah. Harapannya untuk mendapatkan Aresha, sudah pupus.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang