Pukul setengah tiga, Aresha terbangun dari tidurnya dengan kepalanya yang sedikit berdenyut. Saat akan turun dari ranjang, dirinya tertahan karena tangan Zidan yang melingkar di perutnya. Lantas, ia membangunkan Zidan.
"Bang..." Aresha menoleh ke arah wajah Zidan.
"Bang, bangun." Zidan menggeliat dan membuka matanya.
"Eh, udah bangun. Sekarang jam berapa?" Rupanya Zidan belum sadar sepenuhnya.
"Setengah tiga. Lepas, Bang. Resha mau mandi."
"Ya Allah... Sayang, maafin Abang, yah." Ucap Zidan saat sudah sadar total. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Aresha. Namun tak ada balasan dari Aresha yang ada, ia menangis.
"Resha, Zidan, bangun, Nak. Udah mau asar." Teriak Adinda dari luar kamar. Lalu Aresha menghapus air matanya dan melepas paksa pelukan hangat Zidan.
"Loh, Resha, kamu kenapa?" Adinda bisa melihat raut wajah Aresha yang menahan tangis. Aresha menggeleng dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"Nanti cerita sama Ummi ya." Aresha tak menolak juga tak mengiyakan. Ia hanya menanggapinya dengan senyuman.
Lalu Aresha masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya tanpa melihat ke arah Zidan. Zidan menghela napas. Ia harus menyelesaikan nya setelah asar, nanti.
🌻🌻🌻
"Ada apa, Sayang? Coba cerita sama Ummi." Kini Adinda mengajak Aresha berbicara serius di taman belakang usai mereka sholat.
Aresha tak kunjung mengeluarkan suara. Ia sedang beradu argument dengan batinnya. Haruskah aku menceritakan semuanya pada Ummi?. Batin Aresha bergejolak.
Masalahnya, ini adalah aib rumah tangganya. Ia tidak mungkin memberitahukan masalahnya pada siapapun termasuk Ummi nya.
"Ummi paham. Pesan dari Ummi cuman satu. Jangan pernah lari dari masalah! Seberat apapun yang kamu hadapi saat ini, selesaikan dengan baik-baik. Jangan diem-diem-an apalagi sampai ada niatan buat kabur dari rumah. Itu artinya, kamu pengecut." Aresha sedikit tertampar dengan nasihat Adinda. Dirinya harus lebih dewasa dalam mengatasi suatu hal. Ia akan berbicara pada Zidan, nanti.
"Makasih, Ummi atas nasihat nya." Mereka tersenyum dan berpelukan. Bak secercah cahaya yang menyadari Aresha dari tindakannya. Ia selalu bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang baik.
"Ekhem." Seseorang datang dari belakang dan menyadarkan mereka yang sedang berpelukan. Siapa lagi kalau bukan Zidan.
"Emm, Ummi maaf. Zidan mau ngobrol dulu sama Resha, boleh?" Adinda mengangguk dan memberi isyarat pada Aresha untuk mengikuti Zidan.
Zidan meraih tangan Aresha dan membawanya ke kamar. Ia senang karena Aresha tak menolak sentuhannya.
Setelah di kamar, Aresha duduk di tepi ranjang sedangkan Zidan pergi ke kamar mandi untuk mengganti bajunya dengan baju santai lalu mendekati Aresha.
"Maafin Resha." Aresha memulai pembicaraan dengan kepalanya yang ditundukan.
"Harusnya Abang yang minta maaf sama kamu karena udah ninggalin kamu tanpa pamit sampai-sampai kamu kehujanan." Ucap Zidan. Aresha mengingat kejadian tadi pagi lagi.
Air mata keluar dari pelupuk matanya dan Zidan memeluknya sangat erat.
"Sayang, maafin Abang. Abang jadi tambah ngerasa bersalah banget sama kamu." Aresha menyeka air matanya lalu tersenyum menatap Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidan & Aresha (End)
EspiritualReligi - Romance 🌻🌻🌻 Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu. Ya Muhaimin, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang ha...