22. Perihal anak

4.1K 325 15
                                    

Aresha tidak bisa tidur jika masalahnya belum selesai. Ia melihat ke arah jam dinding ternyata masih pukul setengah dua. Aresha berniat untuk bangun dari tidurnya dan lebih memilih diam di balkon.

Saat hendak bangun, dirinya tertahan. Ia menoleh dan mendapati tangannya dicekal oleh Zidan lalu Zidan memeluknya. Detik itu juga, air mata Aresha luruh.

"Jangan nangis." Kata Zidan.

"Maafin Resha, Bang. Resha tau Resha salah. Tapi jangan diemin Resha kayak gini. Resha gak bi-"

"Sstt..." Zidan memotong ucapan Aresha. Detik selanjutnya, ia membiarkan Aresha menangis hingga mereda lalu kembali berucap.

"Kamu tau kan. Waktu itu Abang pernah bilang. Abang itu gak suka kalau kamu deket sama laki-laki lain sekalipun itu saudara sedarah kamu." Aresha terdiam.

Zidan menghela napasnya lalu memeluk Aresha kembali.

"Abang sayang sama kamu."

"Maafin Resha. Resha janji gak akan deket-deket sama yang lain lagi." Zidan tersenyum dan mencium pucuk kepala Aresha.

"Abang udah gak marah lagi, kan?" Aresha mendongakkan kepalanya menatap Zidan.

"Enggak. Abang gak pernah marah sama kamu." Tukas Zidan.

"Terus? Cemburu ya?"

"Iyalah." Aresha tertawa kecil.

Lagi-lagi Aresha sangat bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Karena bersyukur, tak cukup hanya sekali.

🌻🌻🌻

Sore ini mereka akan pergi ke Madrasah dengan membawa rantang yang berisi makanan. Karena hari ini jadwalnya makan bersama, jadi tidak ada pembelajaran.

Sesampainya di sana, mereka masuk dan bertegur sapa.

"Assalamualaikum..." Ucap Zidan dan Aresha bersamaan.

"Wa'alaikumussalam..."

"Teteh!!!" Teriak Dira sambil menghampiri Aresha dan memeluknya.

"Teteh kemalin kemana? Jadinya kemalin Dila sendilian." Cemberut Dira.

"Maaf ya. Kemarin Teteh ada urusan makanya gak ngajar dulu. Tapi kemarin ditemenin sama Umma, kan?" Tanya Aresha. Sebenarnya kemarin Zidan dan Aresha tidak mengajar. Zidan yang melarang Aresha karena khawatir Aresha kelelahan dan jatuh sakit lagi.

"Iya sih. Cuman gak selu kalau gak ada Teteh." Aresha terkekeh dan mengusap pucuk kepala Dira.

"Ya udah, sekarang kan ada Teteh. Dira bawa makanan kan?" Dira mengangguk antusias.

"Nanti Dila mau makan sama Teteh dan A Zidan ya." Zidan tersenyum menanggapi ucapan Dira.

"Assalamualaikum.. Umma ada?" Ucap seseorang masuk ke dalam Madrasah.

"Umma Hamidah?" Tanya Aresha memastikan.

"Iya itu Ibu aku." Zidan dan Aresha terkejut. Pasalnya, Rizal belum pernah datang ke Madrasah dan Hamidah pun tak pernah memberi tahu tentang Rizal.

Lalu Aresha memanggil Hamidah.

"Eh, sini, Zal. Simpen di sini aja. Makasih, ya."

Rizal meletakkan paper bag berisi makanan ringan. Rencananya, makanan itu akan diberikan pada anak-anak saat pulang nanti.

Setelah membereskan paper bag, Rizal kembali pulang karena harus menemani Syifa yang hendak membeli buku.

Lalu mereka semua menggelar daun pisang sebagai alas makan mereka. Jadi nanti semua makanan akan disatukan di atas daun pisang itu.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang