10. Gelang yang sama?!

3.8K 379 18
                                    

Selepas mengantar Aresha, Zidan tak langsung pulang ke rumah nya. Ia lebih memilih pergi ke Cafe miliknya. Yap! Sejak dua tahun lalu, diusianya yang masih enam belas tahun, Zidan merintis usahanya dengan dibantu oleh Abi nya. Cafe ini memiliki dua tingkat. Namanya 'Fatih Cafe' diambil dari nama kedua nya.

"Assalamualaikum, Bang." sapa Zidan kepada salah satu pegawainya yang bernama Yudha. Ia adalah seorang mualaf sejak tiga bulan yang lalu. Karena melihat kebaikan dan keteguhan hati Zidan, membuatnya tertarik untuk memeluk agama Islam.

"Wa'alaikumussalam..." Usianya lebih tua dari Zidan. Maka dari itu, Zidan memanggilnya dengan sebutan 'Abang'.

"Gimana, Cafe? Lancar?"

"Alhamdulillah.. meningkat, Dan." Cafe ini cukup ramai dikunjungi. Karena tempatnya yang didesain bertemakan instagramable dan juga lokasi Cafe nya yang sangat nyaman. Sehingga menarik pelanggan untuk datang kesini.

"Alhamdulillah.. Zidan ke atas dulu." Yudha mengangguk.

Zidan membuka pintu khusus ruangan pribadinya. Ia mengecek pemasukan Cafe ini. Selama ini, uang hasil Cafe yang Zidan kelola, sebagian ia tabung untuk masa depannya dan sebagian lagi nya diberikan kepada fakir miskin juga anak yatim.

Setelah itu, beralih menatap jendela sambil melantunkan ayat-ayat Alquran. Zidan memperkuat hafalannya untuk perlombaan nanti.

Telepon berdering kemudian Zidan mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Ai. Ada apa?"

"Wa'alaikumussalam... Abang dimana?"

"Di Cafe. Lagi cek-cek aja. Mau apa?"

"Kalau mau pulang, ke rumah Resha dulu, yah. Tadi aku diturunin Abang Ojol ditengah jalan. Jadi mampir dulu ke rumah Resha." Zidan terkekeh. Apa katanya? Diturunin! Ya Ampun...

"Ya udah, sekarang Abang jemput."

"Cepet ya, Bang. Udah mau ashar, nih. Ai kan mau ngajar."

"Iya-iya." Aisyah menutup teleponnya. Kemudian, Zidan bergegas untuk ke rumah Aresha. Sebelumnya, ia berpamitan dulu dengan Yudha dan pegawai lainnya.

🌻🌻🌻

"Duh, maaf ya, Sha. Aku ngerepotin kamu." Aisyah kini berada di rumah Aresha.

"Iyah, gak papa lah. Kan kita Sahabat." Kemudian Aisyah dan Aresha berpelukan. Lega rasanya, mempunyai seorang sahabat yang mau merasakan susah senang sama-sama. Masih adakah yang seperti mereka?

Di rumah, Aresha hanya bersama Fahri. Karena Ummi dan Abi nya sedang tidak ada dirumah. Tiba-tiba pintu terketuk. Lalu Aresha memakai cadarnya dan membuka pintu.

"Assalamualaikum.." sapa Zidan.

"Wa'alaikumussalam.." Aisyah menghampiri Aresha dan Zidan.

"Mau duduk dulu?" tawar Aresha. Zidan menggelengkan kepalanya.

"Enggak, deh. Lain kali aja." jawab Zidan.

"Ya udah, Aku duluan ya. Makasih banyak. Assalamualaikum.." Aresha mengangguk.

"Kembali kasih. Wa'alaikumussalam... Hati-hati!"

"Kamu kenapa bisa diturunin?" tanya Zidan saat di perjalanan pulang.

"Tadi kan Aku sama Nayla ke toko buku dulu. Terus aku pulang naik ojol. Eh, kata Abang ojol nya dia ada job lain yang bayarannya lebih gede. Jadi, deh aku diturunin." Aisyah kesal.

"Ppppfftt..." Zidan menahan tawanya.

"Kalau mau ketawa, keluarin aja!" sungut Aisyah. Tawa Zidan meledak.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang