12. "Kamu cantik."

3.7K 364 19
                                    

Dua hari kemudian.

Pagi ini, Aresha sedang berada diperjalanan menuju sekolah. Hari ini ia memakai seragam muslim sekolah.

Sepanjang perjalanan, ia terus berdoa karena kepalanya sedikit berdenyut. Tadi pagi, ia tak sempat untuk sarapan karena semalam ia tidak bisa tidur dan membuat selepas shubuh tadi ia tertidur.

Setelah sampai, Aresha berkumpul dengan Zidan dan Bu Dina juga beberapa guru lain yang akan ikut mengantar mereka. Mereka menggunakan mobil sekolah dan segera berangkat. Zidan dan Aresha duduk di kursi penumpang dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Mengisi keheningan, Zidan membuka suara.

"Udah makan, Sha?" Tanya Zidan. Aresha memejamkan matanya.

"Udah." Bohong.

"Kamu sakit? Muka kamu keliatan pucat." Zidan mulai mengkhawatirkan Aresha. Pasalnya, mata Aresha terlihat sedikit memerah.

"Gak papa, kok."

"Beneran?"

"Iyah."

"Kalau sakit, bilang!" Aresha tersenyum saat melihat raut kekhawatiran yang terpancar dari Zidan. Jujur, dirinya mengagumi Zidan semenjak mendengar suara mengaji Zidan waktu itu.

"Iyah, Zidan."

Setelah sampai di tujuan, Zidan dan Aresha mengisi daftar hadir terlebih dahulu lalu duduk di kursi yang sudah disediakan.

Rangkaian acara pembukaan sudah selesai. Kini saatnya lomba dimulai. Perlombaan ini hanya diikuti oleh lima puluh peserta saja. Zidan mendapat urutan nomer dua puluh empat dan Aresha dua puluh delapan.

Setelah menunggu cukup lama, sekarang giliran Zidan naik ke atas panggung. Sepuluh menit kemudian, Zidan sudah menjawab semua soal dengan lancar dan tenang. Sekarang giliran Aresha.

Zidan melihat wajah Aresha yang semakin pucat. Ia berdoa agar tidak terjadi apa-apa pada Aresha.

Aresha sudah menjawab semua soal dari juri. Dibawah panggung, Zidan melihat Aresha memegangi kepalanya membuat perasaan Zidan menjadi tak enak.

Dan benar, saat Aresha hendak menuruni anak tangga, ia terjatuh, dan...

Hap! Detik itu juga Zidan menangkap tubuh Aresha dan membawanya ke ruang kesehatan.

"Maaf, kamu siapa?" Tanya salah satu panitia pelaksana perlombaan ini.

"Saya calon suaminya. Izinkan saya membawanya." Tak punya pilihan lain, akhirnya panitia tersebut mengangguk. Zidan berharap semoga Aresha tidak mendengar ucapannya yang tadi.

Aresha diberi pertolongan pertama. Cadarnya sudah dilepas atas permintaan Zidan. Ia akan meminta maaf kepada Aresha, nanti.

Disini hanya ada Zidan dan dua orang penjaga ruang kesehatan, tentunya mereka berdua perempuan. Setelah diperiksa, ternyata Aresha kelelahan karena tak cukup istirahat. Ditambah, tadi pagi ia tak ada asupan sedikitpun. Zidan memilih membaca Alquran agar hatinya tenang.

Oh iya. Setelah Zidan menjawab soal dari juri, Bu Dina pergi ke sekolah karena ada urusan yang lebih penting. Bisa dibilang, ditinggal guru saat perlombaan. And, itu nyata gais! Author sendiri mengalaminya wkwk.

Sepuluh menit kemudian, Aresha tersadar dari pingsannya. Ia mendengar ayat suci yang Zidan lantunkan pun tersenyum.

"Zidan." Panggil Aresha dengan suara sedikit serak. Dengan cekatan, Zidan merespon.

"Alhamdulillah, Kamu udah sadar." Wajah pucat itu menampilkan senyuman. Seketika, Zidan teringat sesuatu.

"Em, Sha, maafin aku." Zidan berucap pelan.

"Kenapa?"

"Maaf karena aku udah lancang megang kamu dan, dan buka cadar kamu tanpa seizin dari kamu." Zidan menunduk. Aresha baru sadar jika ia tak memakai cadarnya.

"Astaghfirullah..." Aresha terdiam. Rasa menyesal dan marah tercampur menjadi satu.

"Kenapa kamu lakuin itu?" Mata Aresha mulai berkaca-kaca.

"Aresha, maafin aku. Aku terpaksa lepas cadar kamu. Khawatirnya, kamu susah buat bernafas." Aresha terdiam kembali. Ini juga salahnya karena tadi pagi tidak sarapan. Tapi, ia tak akan menyalahkan siapapun.

"Aku maafkan." Ada sedikit tak rela karena wajahnya telah dilihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Toh, ini sudah terlanjur.

"Aku minta maaf sekali lagi." Aresha menghela napas kemudian tersenyum tipis.

"Sudahlah, tak apa."

"Makasih, Sha." Zidan lega karena Aresha mau memaafkan atas tindakannya.

"Aku yang seharusnya makasih. Udah sering repotin kamu." Aresha menatap kearah lain.

"Gak papa, Kok. Toh, akunya juga gak merasa keberatan. Malah seneng."

"Ha?" Zidan mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah dipikirin. Ini makan dulu." Aresha menerima mangkuk yang berisi bubur dari tangan Zidan lalu memakannya. Percayalah! Aresha masih memikirkan ucapan Zidan tadi.

"Udah. Udah kenyang" Aresha berhenti makan.

"Habisin, Resha! Masa baru tiga suap udah kenyang lagi."

"Enggak mau. Aku udah kenyang, Zidan." Dua penjaga yang melihat Zidan dan Aresha hanya menggelengkan kepalanya.

"Habisin!" Zidan marah. Marah karena melihat Aresha yang lemah seperti ini.

Aresha tetap menggelengkan kepalanya.

"Kalau disuruh tuh nurut. Jangan ngebantah. Nanti sakit lagi, mau?" Nyali Aresha menciut saat Zidan mengatakan hal itu.

"Iyah." Aresha menghabiskan makanannya. Kemudian, Zidan memberikan segelas air hangat. "Nah, gitu dong."

"Lagian, kenapa sih tadi pagi kamu bohong?" Zidan meminta penjelasan kepada Aresha.

"Bohong apa?"

"Katanya udah makan. Nyatanya? Belum makan. Jadi pingsan, kan." Sindir Zidan.

"Ya, ya kan aku- gimana ya? Aku tuh buru-buru karena telat. Jadinya aku gak sempet sarapan." Ucap Aresha terbata-bata. Ternyata sifat Aresha bertolakbelakang dengan apa yang Zidan pikirkan.

"Walaupun telat, kamu harus jaga kesehatan. Makan dulu walaupun sedikit." Nasihat Zidan.

"Iya-iya. Nanti gak lagi. Ya udah, aku udah makan. Aku mau balik kesana lag-" Ucapan Aresha terhenti saat Zidan memotongnya.

"Gak boleh!" Tegas Zidan.

"Tapi-" Zidan menatap Aresha.

"Nurut!"

"Iya, deh." Zidan tersenyum. Kemudian Aresha mengambil cadarnya di atas nakas dan memakainya kembali.

"Aku.. boleh ngomong sesuatu?" Kata Zidan.

"Apa?" Jawab Aresha saat sudah memakai cadarnya dengan sempurna.

"Kamu cantik."

🌻🌻🌻


Jangan lupa vote dan komen nyaa...

Inget ya! Ambil yang baiknya, buang yang buruknya! Aku tau kalian pembaca yang cerdas:)

Bebeyyy.. sampai jumpa di part selanjutnya🖤🌻

Alifaas
29 November 2020

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang