VASTATRIX 57

465 38 8
                                    

Happy reading

Gracias yang udah vote ❤

***

"Jay ini tidak benar, dia tidak mungkin mati" Theo mencoba meyakinkan, menurunkan ponselnya.

"Siapa yang kau maksud"

"Jagger, kelinciku. Dia tidak mungkin mati"

Jay membuang nafas lega "aku tidak peduli Theo"

"Tapi aku sangat peduli, kenapa dia harus pergi secepat itu. Kemarin dia sakit aku membawanya ke dokter hewan. Tapi sepertinya mereka tidak bisa menyelamatkannya" wajah Theo sangat murung.

Jay sedikit bersimpati "kemarilah" Jay memeluknya ala pria dan menepuk punggungnya.

"Aku akan melakukan pemakaman untuk jagger"

"Buang saja Theo"

"Bayangkan Jay jika kuda mu mati, aku tahu kau menyayangi semua kudamu. Pokoknya aku akan pergi menguburnya secara layak"

"Tentu saja aku menyayanginya karena itu bentuk investasiku dan itu alasan yang mendasar. Tapi bagaimanapun masalah Percy lebih utama. hey! tunggu Theo dengarkan aku"

"Aku tidak peduli, kau urus saja. Tidak lihat suasana hatiku sedang buruk!"

Jay memberang "kremasi saja biar cepat, jangan lakukan upacara konyol untuk menghormatinya. Hey dengarkan aku!"

Theo menyalakan mesin motornya "kau lebih pilih Percy atau aku?"

"Percy" celetuk Jay tanpa fikir.

"Fine" Theo melajukan motornya pergi.

"Dasar pria cengeng. Jika begini setidaknya aku harus membantu menggali tanah" Jay masuk kedalam mobilnya seraya membawa map coklat. Mobilnya mengikuti Theo dari belakang. Perkataan dan hatinya selalu kontras, begitulah Jay Park. Dia selalu menutupi apa yang dia rasakan. Meskipun Jay sendiri tahu siapa teman yang menjadi prioritasnya. Mungkin Theo sendiri tidak sadar, tapi Jay memang selalu bersamanya.

***
Begitu tiba di suatu ruangan Hugo mengajak Arllete duduk di meja makan. Beberapa hidangan menggugah selera terhampar diatas meja kayu glossy itu. Hugo menarik kursi untuk Arllete duduk. Meski bukan ruangan mewah tapi gaya vintage sangat terasa disini.

"Aku ingin mengajakmu makan bersama, kita perlu melakukannya supaya lebih akrab bukan"

Arllete bergeming "dimana Edrick?"

"Makan dulu nanti akan aku bawa padanya"

"Aku tidak lapar, terimakasih"

"Jangan takut ini tidak beracun, biar aku mencicipnya lebih dulu jika kau tidak yakin"

Dengan lahap Hugo memakannya, dia mengangguk setiap masakan itu masuk ke mulutnya "Antonio, aku suka masakanmu membuatku sangat berselera" perkataannya terdengar riang ditujukan untuk si juru masak yang entah dimana sekarang.

"Kau lihat, aku bahkan masih baik-baik saja. Yakin mau jadi penonton saja? Aku baru mendapatkan kaviar segar. Kau harus mencobanya, truffle yang Antonio masukan kedalam saus ini sangat cocok. Yakin tidak ingin mencicipinya"

Liur Arllete hampir menetes, dia menelan ludah.

"Aku sungguh minta maaf señora jika hidangan sederhana yang aku sajikan tidak membuatmu berselera"

"Tidak bukan begitu, baiklah akan aku makan"

Hugo tersenyum ramah "silakan, ambil apapun yang kau mau"

***
Jay masuk kedalam markas besar Vastatrix tapi tidak menemukan Hugo di sana, jumlah mafia juga berkurang. Tapi Jay tetap menyisir semua tempat. Ponselnya berdering.

VASTATRIX Cartel (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang