Hari 9, Satu Umpan Dua Ikan

211 39 32
                                    

Percakapan ini terjadi beberapa waktu silam. Namun, berhari-hari masih terngiang.
_______

Bibirku tersenyum, meski hatiku sebaliknya.

"Jadi dia?"

Raut wajahmu masih saja datar. Sudahlah, katakan. Aku sudah tahu segalanya yang kamu sembunyikan.

"Ya."

Beruntung kamu tidak berbohong lagi. Aku menjauh ke dek depan kapal. Kunaikkan dayungku di perahu bagian dalam.

Menjernihkan kerongkonganku, aku melepas kalimat yang tak pernah aku duga akan keluar dari mulutku.

"Aku tidak apa sebenarnya. Pergilah," kataku lempeng. Ya, semoga saja kamu anggap sekali ini dari hati. Meski mestinya tidak seperti ini.

Air tengah tenang, setenang jawab yang kita saling lempar. Kamu masih memegang dayungmu, berusaha menjalankan perahu dengan kendali sebelah awak.

"Inginku, tapi kamu masih menahanku. Bukankah demikian?"

Tentu saja. Terima kasih, rupanya kamu menyempatkan untuk mengerti aku.
Jujur aku ini egois, seperti yang kamu lihat.
Salahmu, kita selama ini kamu sembunyikan dari duniamu.

Dayungku menganggur karena sengaja. Supaya perahu ini tak pernah sampai ke pesisir. Sengaja, agar aku tak perlu repot-repot bersandiwara tentang melepasmu pergi bersama dia.

Sengaja, aku ingin kamu bertahan denganku sedikit lebih lama lagi.

Lagipula seandainya kamu yang melempar mata kail itu, maka yang kamu ingin untuk tangkap bukan aku. Tapi dia.
_______

Selamat menyakiti hatimu, diri.
Selamat menyadarkan diri, hati.
Memiliki kamu, bahkan untuk
seutuh ragamu pun aku tidak akan mampu.

Hamparan laut menangkap atensiku. Dan setelah itu mungkin menengok ke arahmu saja akan menyakitkan buatku.


Haihaii!
Flashfiction lagi, lagi suka soalnya^^
Mungkin sedikit kepanjangan untuk hitungan puisi, gimana menurut kalian?
Jangan sampai lupa vote, komen, dan share ke teman lain. Follow igku juga tiaraxangelica hihii

Ketemu besok lagi di Muara ya~

KLM #3: Muara | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang