"Dah sampe, turun gih," kata Jo pas mereka berdua udah sampai di depan rumah tingkat dua bergaya modern itu.
"Itu airmata sama ingusnya elap dulu elah, mau ketemu Bunda gue kok jelek gitu."
"Ga ada tisu," cicit Changkyun pelan. Dia malu banget sekarang mukanya merah dan matanya bengkak habis nangis sepanjang perjalanan ke sini.
"Nih," Jo ngulurin lengannya yang terbungkus jaket khusus personil band.
"Gak mau, nanti baju Kakak ada ingusnya," tolak Changkyun kemudian mengelap air mata dan ingusnya pake bajunya sendiri.
Jo cuma tersenyum. Pacarnya habis nangis aja masih lucu gitu. Kemudian, Jo mengajak Changkyun masuk. Jo mengetuk pintu, terdengar suara jawaban dari dalam.
"Kak, beneran gak apa? Aku gak bawa apa-apa."
"Gak apa, lo kesini aja, Bunda udah seneng."
Pintu terbuka, terlihat Bunda Jo yang masih terlihat cantik di umurnya yang menginjak kepala tiga.
"Tumben ketok dulu, biasanya langsung masuk, loh eh ini siapa?" Tanya Bunda melihat sosok Changkyun di belakang badan besarnya Jo.
"Sini elah, Bunda gak galak. Ini Changkyun," jawab Jo sambil menarik Changkyun agar sekarang berdiri di sampingnya.
"Halo tante, saya Changkyun, maaf ya dateng mendadak," kata Changkyun pelan.
"Ih, liat langsung lebih cantik ya Jo, gak apa sini masuk. Bunda malah seneng, oh iya panggil Bunda aja oke? Kamu udah makan?"
Changkyun mengangguk. "Emang boleh panggil Bunda?" Pertanyaan Changkyun buat Bunda sama Jo gemes.
"Boleh dong sini-sini. Eemm, kok mukanya merah? Mau cuci muka dulu?" Tanya Bunda khawatir liat muka Changkyun yang emang menggenaskan itu.
Changkyun mengangguk, kemudian Bunda menunjukan jalan ke arah toilet. Changkyun pun bergegas pergi.
"Pacarmu kenapa? Kok kayak abis nangis gitu? Jo! Kamu gak apa-apain dia kan?"
"Mana berani Bun, ngapa-ngapain yang ada nanti kena getok. Dia tadi abis berantem sama tiga abangnya karena ketauan pacaran sama Jo."
"Ya ampun, kasian banget, calon mantu Bunda."
"Apaan sih, Bun. Udah ya Jo mau ganti dulu, Bunda temenin Changkyun." Jo kemudian melangkah masuk menuju kamarnya.
Nggak lama setelah Jo masuk kamar, Changkyun keluar dari toilet. Mukanya udah rada mendingan.
"Chang.... chang...."
"Changkyun, Kyun aja gak apa, Bun."
"Kyun mau minum apa?"
"Gak usah, Bun repotin. Kyun udah repotin Bunda kesini gak bawa apa-apa, jadi nggak mau repotin lagi."
"Eh gak apa, Bunda seneng kok direpotin. Bunda buatin teh aja ya? Mau panas apa dingin?"
"Dingin aja, makasih banyak, Bunda." Changkyun kemudian mengikuti arah Bunda ke dapur, dan duduk di kursi pantry. Rasanya sama kayak lagi natap Kak Kiki yang sibuk manggang kue.
"Kamu katanya abis berantem?"
"Iya...tadi. Habisnya ketiga abangku nyebelin, Bun."
"Gara-gara pacaran sama Jo?"
"Iya, tapi bukan karena itu aja kok, Bun. Emang, kakaknya Kyun over banget jagainnya jadi kayak gitu."
Tanpa sadar, Changkyun udah kelewat nyaman sama Bundanya Jo. Punya seseorang yang bisa dipanggil Bunda, dan bisa jawab semua pertanyaan Changkyun, dia ngerasa seneng banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me You and My Brothers [ Joo-Kyun ]
Fanfiction[ lokal ] [ GS ] [ end ] Changkyun itu pacarable. Tapi sayang, pawangnya tiga, galak semua lagi!