2

501 74 6
                                    

Changkyun bangun, natap langit-langit UKS yang warnanya putih.

"Udah bangun?" Suara berat itu langsung buat Changkyun noleh ke arah samping dengan cepat, alhasil kepalanya sedikit berdenyut sekarang.

"Ah! Sakit," keluh Changkyun, setelah itu dia lihat Jo lagi duduk di samping kasurnya sambil melipat tangan di depan dada.

Changkyun sebenernya kesel banget sama Jo, tapi berhubung masih lemes, jadi dia tahan.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Changkyun.

"Kenapa bisa pingsan?" Tanya balik Jo.

Changkyun mendecih. "Jawab dulu kenapa sih kak."

"Lo dulu yang jawab," balas Jo nggak mau kalah.

"Astaga, kak. Ngalah kenapa sih. Lagian saya udah bilang tadi pas lagi diseret kalo saya pusing karena belom sarapan tapi Kakak nggak percaya."

Habis itu Jo diem. Changkyun juga ikutan diem, dia balik natep lagi ke langit-langit. Soalnya kalo liat Jo bawaannya jadi kesel. Apalagi tadi pertanyaan Changkyun belum dijawab.

Setelah beberapa menit hening, akhirnya terdengar suara dari Jo.

"Soal itu maaf," kata Jo pelan. Changkyun ngulangin kebodohan yang sama, dia langsung miringin kepala ke arah Jo dengan cepat.

"Apa kak?" Tanya Changkyun berusaha memperjelas. Ini, Kak Jo yang daritadi sama kemarin kerjaannya marah-marah itu baru aja minta maaf? Changkyun nggak salah denger?

"Sekarang jam 12." Changkyun memutar bola matanya kesal. Ngomong sama Jo bawaannya emosi mulu.

"Trus nih. Gue gatau lo doyan apa nggak, tapi makan aja daripada lo tambah sakit, nanti gue yang kena," tambah Jo sambil nyodorin roti keju sama sekotak susu coklat.

"Hem, saya nggak doyan roti keju sih kak, terus harusnya susunya ada dua, kalo satu nggak cukup," protes Changkyun, tapi tangannya tetap ngambil roti sama susu tadi. Dia nggak mau mati kelaperan.

"Nggak usah banyak protes, makan buru, nanti gue anterin pulang."

Changkyun yang baru melahap satu gigitan mendelik kaget. "Hah? Pulang? Sekolah masih ada 2 jam lagi perasaan?"

"Gue gak mau tanggung kalo lo pingsan lagi, jadi mending pulang aja, gue dah izin."

"Trus kenapa harus Kakak yang anter? Saya pulang sendiri bisa kok"

"Gak, lo tanggung jawab gue sampe nanti lo pulang rumah dengan selamat."

"Kenapa juga jadi tanggungjawab Kakak? Saya nggak minta pertanggungjawaban juga."

"Halah, udah gausah bawel. Buru makannya."

Changkyun jadi ngerasa lagi ngomong sama Bang Nu, apa-apa udah diatur, Changkyun tinggal ngikutin. Bedanya ini versi galaknya, soalnya Bang Nu kan nggak pernah galak.

Nggak mau ribut, Changkyun cuma nge-iyain aja sambil lanjut makan. Tapi lama-lama dia risih pas makan diliatin terus sama Jo.

"Kak,"

"Apa?"

"Tengok kanan coba." Jo bingung tapi tetep ngikutin arahan Changkyun.

"Nah, udah gitu aja. Liat aja itu ke jendela, ada banyak pohon, daripada liatin saya gitu, saya yang grogi," terang Changkyun. Entah kenapa sekarang rasa takut Changkyun ke Jo jadi hilang, Jo emang masih serem, tapi nggak seburuk desas-desus yang beredar. Buktinya daritadi, Changkyun terang-terangan nunjukin rasa protes dan tidak setujunya sama semua perilaku Jo.

Diliat-liat mukanya juga nggak galak-galak amat kok, apalagi ada penampakan lesung yang kalo Jo cuma ngomong biasa, bakal tetep keliatan, cuma teriakannya berisik, jadi keliatan galak deh.

"Lo," panggil Jo yang sekarang masih liat ke kanan.

"Iya, kak?"

"Lo juga gausah ngeliatin gue segitunya. Gue tau gue ganteng, tapi stop."

Changkyun terkikik, terus minta maaf sambil setengah ketawa dan lanjut makan lagi. Tanpa sadar, Jo juga ikut senyum, nampilin lesung pipitnya secara full version  yang ternyata sedalam Palung Mariana.

"Ternyata Kakak bisa senyum ya. Manis juga ada lesungnya. Kenapa milih jadi galak sih kak?" Tanya Changkyun tiba-tiba. Kebiasaan ngomong tanpa filternya muncul karena udah nyaman sama lawan bicaranya.

"Biar bisa hukum orang-orang kayak lo."

"Cih, padahal bagusan senyum. Kita samaan tau kak, aku juga ada lesungnya, tapi kakak gausah liat, masih rahasia," celoteh Changkyun panjang lebar sambil sesekali melahap rotinya.

"Lo, secerewet ini emang? Padahal tadi sebelum pingsan lo diem banget kek batu."

"Bagus itu kak, kalo kakak berhasil bikin aku jadi cerewet, selamat, aku kasih tepuk tangan nih, kalo kakak mau tau, aku emang diem kok kak, kalem gitu kalo sama orang baru kenal. Tapi, aslinya aku hangat banget loh kak, kalo kata Kak Kiki sih gitu."

Dan, Changkyun sepertinya emang nggak bohong. Dilihat dari jumlah kata yang dilontarkan, bahkan penggantian kata 'saya' menjadi 'aku', Changkyun beneran udah anggep Jo sebagai orang dekatnya.

Jo terkekeh kecil dan mengulurkan tangannya niat mau mengusap kepala Changkyun, tapi tiba-tiba dia sadar, dan menarik balik tangannya itu.

Jo berdiri. "Udah buru makannya, gue cuma izin skip kelas sampe jam 1."

Changkyun pun mempercepat makannya dan kurang dari 5 menit, mereka udah berjalan ke parkiran.

"Kak, pulang naik apa?" Tanya Changkyun sambil berusaha menyejajarkan langkahnya dengan Jo.

"Onthel."

Changkyun menepuk bahu Jo dengan sedikit keras lantaran kesal. Ya masa beneran pulang naik Onthel?

Sampai di parkiran, Changkyun celingukan sendiri buat Jo heran.

"Lo kenapa?" Tanya Jo sambil masukin kunci motor ke motornya.

"Onthelnya mana?" Tanya Changkyun buat Jo ketawa dan menyentil dahi cewek itu.

"Gausah bego gitu deh, dah buru naik."

Changkyun merengut kesal sambil memegangi bekas sentilan Jo yang memerah kemudian naik ke motor Jo.

Between Me You and My Brothers [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang