Changkyun seperti biasa mencari Jo. Tapi, ini sedikit beda dari biasanya. Kali ini Changkyun nggak sebuta arah dulu. Hampir sebulan kenal Jo, Changkyun tau perkiraan tempat yang mungkin ada sesosok besar dan galak itu.
Sebelumnya, Changkyun udah bertemu Jennie terlebih dulu, memeluknya erat, dan memberinya cookies buatannya dengan sedikit peringatan kemanisan. Setelah itu, Changkyun pamit pergi mencari kakak kelasnya itu, yang tentu alasan kepergiannya itu nggak ia bicarakan.
Pertama, ruang kelas. Changkyun melongok sedikit ke jendela samping kelas Jo. Nggak ada. Changkyun nggak mau membuang waktu, jadi tempat selanjutnya kantin. Setelah scanning kantin, Changkyun masih belum liat Jo. Changkyun berbalik ke arah luar kantin, dan bergegas menuju Ruang OSIS. Kosong. Changkyun hampir aja mengumpat. Kakak kelasnya yang satu itu emang suka sekali memancing emosinya.
Tapi sebenernya, separuh alasan dari kejadian ini juga salah Changkyun. Karena, kemarin Changkyun minta ke Jo buat block kontaknya buat boongin kakaknya, yang ternyata malah nggak jadi, dia jadi nggak bisa tanya ke Jo langsung, dan malah harus memutari sekolah.
Sepanjang perjalanan, banyak siswa yang menyapanya. Changkyun nggak mau ambil pusing, dia cuma mengangguk dan tersenyum tipis. Dia lagi nggak ada mood buat menambah teman.
Destinasi terakhir, Changkyun berjanji, kalo tempat terakhir ini kosong juga, dia menyerah dan akan memakan cookiesnya sendiri. Dia melongok ke arah jendela, kosong.
Changkyun baru mau berbalik, sebelum instingnya mengatakan untuk masuk ke ruangan itu dulu. Ruang Klub Musik. Changkyun tahu, Jo itu anggota band sekolah, posisi drummer. Hal itu juga yang membuat Jo punya banyak penggemar, meski mukanya yang galak.
Akhirnya, Changkyun memutuskan untuk masuk. Memutari ruangan itu, dan akhirnya menemukan seseorang yang daritadi ia cari sedang duduk di lantai sambil meluruskan kakinya.
Pantas aja, Changkyun nggak bisa lihat Jo, kakak kelasnya itu duduk di belakang lemari yang biasanya berisi piala kemenangan anak klub, otomatis Changkyun nggak bisa lihat dari arah luar.
"Dewi fortuna belum pergi dari pihak Kyun ternyata."
Changkyun menghampiri kakak kelasnya itu yang sedang sibuk sendiri dengan gitarnya sampai nggak menyadari hawa keberadaan Changkyun.
Baru saat Changkyun menempatkan diri di sebelah Jo, dengan posisi yang sama pula, Jo menoleh.
"Lain kali kayaknya aku harus pasang gps ke kakak deh."
"Kok bisa nemu gue?"
"Insting."
Jo cuma tersenyum. Kemudian menengadahkan tangannya ke arah Kyun.
Changkyun mengeluarkan kotak cookiesnya dari totebag dan menyerahkannya ke Jo.
"Yang ini waras kan?"
"Coba aja."
Jo membuka kotak dan mengambil cookies. Changkyun, meski udah tau rasa cookiesnya, nggak tau kenapa tetep deg-degan. Serasa lagi ikutan program survival memasak yang terkenal itu.
Jo mengangguk-ngangguk setelah memakan cookies Changkyun.
"Gimana?"
"Enak."
"Nggak kemanisan?"
"Nggak juga."
"Kakak suka yang manis-manis ternyata? Padahal di aku itu kemanisan."
"Emang gaboleh?"
"Boleh, cuma lucu aja gitu muka galak kayak kakak suka manis." Jo merengut. Jo juga tahu mukanya galak. Tapi nggak usah diperjelas. Jo juga kalo boleh milih, mau muka yang lebih ganteng aja daripada muka galak. "Oh iya kak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me You and My Brothers [ Joo-Kyun ]
Hayran Kurgu[ lokal ] [ GS ] [ end ] Changkyun itu pacarable. Tapi sayang, pawangnya tiga, galak semua lagi!