31

300 45 15
                                    

Jo pulang ke rumah dengan keadaan campur aduk, bahkan dia sendiri nggak bisa mengekspresikan perasaannya. Satu hal yang Jo tau pasti, amarah lebih mendominasi dirinya sekarang, dan hal itu disadari oleh Bunda.

"Mau cerita sama Bunda?" Tanya Bunda tiba-tiba sambil mengikuti Jo yang sekarang terduduk lesu di sofa keluarga.

"Bun, Bunda beneran gak nyesel?"

"Bukannya kamu udah pernah nanya?" Bunda ingat, Jo pernah menanyakan hal yang sama beberapa waktu yang lalu. Bunda segera paham apa yang membuat anaknya seperti ini. Sedikit tersenyum, karena sepertinya yang kali ini benar-benar bisa membuat Jo merasakan berbagai macam perasaan dan ekspresi.

"Jo, yang namanya nyesel itu pasti ada, karena kita hidup selalu dipaksa buat milih. Tinggal pinter-pinternya kita aja buat ubah rasa nyesel itu jadi rasa bersyukur."

"Tapi, buat yang kali ini, Bunda nggak nyesel. Meski, mungkin bagi kamu Bunda terlalu buru-buru ambil keputusan, tapi Bunda sama sekali nggak nyesel. Karena kadang, ada beberapa jawaban yang nggak perlu kita pikir panjang."

Jo menatap ke arah Bunda dengan muka memerah, menahan segala sesuatu yang seharusnya keluar, kemudian bercerita tentang semua yang terjadi hari ini tanpa terkecuali.

Bunda sendiri mendengarkan dengan seksama dan tenang. Sesekali mengelus kepala Jo sambil membisikan kata-kata penyemangat.

Setelah mendengarkan, Bunda menunggu Jo untuk menenangkan diri.

"Sekarang kamu disuruh buat milih, apapun pilihanmu, Bunda harap kamu gak nyesel."

"Bun, bisa bantu milihin?"

"Gak bisa dong, tapi kalo bantu nyaranin, Bunda bisa."

"Kamu itu serius sayang sama Kyun, atau cuma ngerasa bersalah dan bertanggungjawab karena udah tau semuanya?"

"Kalo semisal, kamu cuma ngerasa bersalah, let her go. She deserves so much better than you. She deserves someone who truly loves her. Tapi, kalo kamu bener-bener serius, nggak ada salahnya kan nerima?"

"Jo beneran serius, tapi Jo takut gak bisa jagain dia baik-baik kayak apa yang udah dilakuin ketiga kakaknya."

"Hey, look at yourself, selama beberapa bulan ini, Bunda liat kamu berhasil kok jaga dia dengan baik. Malah, terlalu baik menurut Bunda buat seorang Jo Kanendra yang katanya nggak percaya sama cewek lagi."

"Everybody have their own way, kalo kamu maksa pake cara yang dilakuin ketiga kakaknya, kamu jelas gak bakal bisa, mereka sedarah, pengorbanan mereka jelas lebih berat dari kamu. Kamu punya cara sendiri, cara seorang Joushka jaga orang yang berharga buat kamu.

"Jangan anggap, jaga Kyun itu sebagai sebuah beban sama tanggungjawab, tapi biarin ngalir kayak air, sesuai naluri kamu. Nantinya, pasti bakal kerasa lebih ringan juga."

"Bunda percaya Jo?"

"Lebih dari percaya."

"Kenapa?"

"Because you're my son. Bunda gak mbesarin kamu jadi cowok jahat."

Jo tersenyum, memeluk Bunda erat, berterimakasih sebanyak-banyaknya. Jo nggak tahu semisal Bunda bukan Bunda, apa Jo bisa ngelewatin ini semua?

"Jo udah milih, Bun," kata Jo dalam pelukan Bunda.

"Bunda udah tahu. Go tell them."

Jo baru mau bertanya, kenapa Bunda selalu lebih tahu duluan sebelum Jo memberitahu isi pikirannya. Tapi sebelum pertanyaan itu terucap, Jo teringat sebuah jawaban yang paling dasar.

Between Me You and My Brothers [ Joo-Kyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang