📚 PROLOGUE 📚

234K 15.9K 3.2K
                                    

...SELAMAT MEMBACA ...

~•••~
"Jangan tanya kenapa lo itu lemah, pengecut dan nggak bisa apa-apa kalau pikiran lo sendiri masih bilang lo kayak gitu."

~•••~

KKRRRRIIIIINNGGG

Suara bel istirahat yang berbunyi menjadi pertanda baik bagi anak sekolahan. Karena inilah waktunya untuk mereka beristirahat sejenak dari yang namanya belajar. Setidaknya mereka harus mengisi perut sebelum pelajaran selanjutnya kembali dimulai.

Kebanyakkan orang pasti akan langsung pergi ke kantin dan membeli makanan bersama teman-temannya. Tapi jika diperhatikan ada beberapa orang yang terlihat mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas mereka. Beberapa orang itu terlihat berjalan berlawanan arah dengan semua orang yang pergi ke kantin.

Tepat di ujung koridor kerah baju seorang cowok berkacamata terlihat dicengkeram erat oleh cowok lainnya. Tangannya yang sedikit kekar menekan tubuh cowok itu ke dinding. Tentu saja hal itu menimbulkan rasa sakit bagi si cowok berkacamata.

"Mana duit lo, gue udah laper nih!" bentak cowok itu dengan tatapan tajam.

"Ng-nggak a-ada, Kak," jawabnya dengan suara terbata-bata. Dia juga terlihat ketakutan saat ini.

Cowok itu meludah ke arah samping. "Lo pikir gue anak TK apa yang bisa lo kibulin?!"

"Be-benaran ng-nggak, Kak."

"Anjing lo!" bentaknya sambil mencengkram kuat kerah baju cowok itu. "Geledah dia!" titahnya.

Dua orang cowok lainnya yang sedari tadi menonton kini meraba-raba saku cowok itu. Mereka berusaha mencari uang darinya.

"Ja-jangan Kak, sa-saya mohon jangan," ujarnya berusaha menepis tangan kedua cowok itu.

"Diem lo! Banyak bacot!"

"Wiiihh, banyak juga duit lo," ujar salah satu cowok yang berhasil mendapatkan uang dari salah satu sakunya.

Cowok berlengan kekar itu menunjukkan smirk di wajahnya. "Siapa yang ngajarin lo buat bohong sama gue, hah?"

"Ja-jangan Kak, i-itu —"

"I-itu a-apa?" potongnya dengan menirukan suara cowok itu. "Lama ngomong sama lo! Lain kali lo nggak usah banyak bacot kalau gue nagih hutang sama lo!"

"Sa-saya ng-nggak —"

Bugh

Sebuah pukulan dilayangkan cowok itu tepat di perutnya. Mereka yang melihat ekspresi kesakitan darinya langsung tertawa. Apalagi saat melihat kedua mata cowok itu berkaca-kaca.

"Uuuuuu, bayi besar mau nangis."

"Nanti kita beliin permen yah atau dede bayi mau dibeliin balon?"

Ledekkan dari dua cowok itu dibarengi tawa mereka tidak lebih dari sekedar pisau yang melukai hati dan telinganya. Cowok itu hanya bisa meringkuk di lantai sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Cabut yuk, gue udah laper."

"Ayo, kita makan-makan!"

KUTU BUKU [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang