Nathan meletakkan handuknya di bibir kasur setelah ia mengeringkan rambutnya yang basah.
Ddrtt... Ddrtt...
Nathan menatap layar ponselnya yang terus saja bergetar. Heran? Tentu saja. Biasanya juga ponselnya itu tidak bergetar seharian, karena memang gak ada notifikasi. Hidup lelaki itu benar-benar monoton, sama sosial media saja dia tidak peduli, saking tidak pedulinya, ia hanya menyimpan kontak orang tua dan adiknya saja di WhatsApp. Makanya saat ada panggilan telpon yang terus menerus seperti sekarang ini menjadi aneh bagi Nathan. Perasaan dia tidak pernah menyebarkan nomor ponselnya pada siapapun.
Dengan langkah penasaran Nathan menghampiri meja belajarnya dan mengangkat telpon dari nomor yang tidak di kenal.
"Assalamualaikum." Salam Nathan.
Waalaikumsallam calon imam. Kok ngakatnya lama. Kemana aja? Emangnya kalau ngakat telpon dari calon makmum harus sholat istikharah dulu?
Nathan diam sejenak. Sekarang dia tahu siapa orang yang barusan nelponnya. Dan sungguh ia menyesal. Jari telunjuk Nathan sudah ingin menekan tombol merah untuk memutus sambungan telepon. Namun suara gadis berisik itu kembali terdengar.
Eh Nathan tau gak tadi Puisi di kasih es krim banyakk banget dari Benua. Benua baik banget sama Puisi. Nathan gak ada niatan buat kasih Puisi es krim juga gitu?
"Ga!"
Ish, Nathan gitu sih sama Puisi. Kalau Puisi jatuh cinta sama Benua gimana?
"Ga peduli!" Sahut Nathan dengan nada datar.
Kata Lena, Benua itu anaknya populer, terus banyak yang ngincer dia buat jadi pasangan Benua. Kata Lena Puisi beruntung bisa di beri perhatian kek gitu dari Benua. Puisi jadi mikir apa Benua suka Puisi yaa? Menurut Nathan gimana?
Nathan membuang napasnya kasar, cewek ini aneh, kenapa juga cerita soal Benua ke dia? Nathan aja gak tahu siapa Benua. Lagi niatnya untuk mematikan telepon di urungkan olehnya saat suara Puisi kembali terdengar.
Kalau Benua terus-terusan baik sama Puisi. Mungkin bener apa kata Lena, kalau Puisi lebih baik milih orang yang jelas-jelas mencintai kita daripada orang yang jelas-jelas kita cintai. Karena yang mencintai pasti gak akan nyakitin tapi kalau yang dicintai bisa aja nyakitin.
"Cinta dan sakit hati itu satu paket." Sahut Nathan logis.
Puisi di sebrang telpon tersenyum sumringah, "tapi Puisi tetep cinta mati kok sama Nathan gak peduli kalau Nathan suka cuekkin Puisi ataupun sakitin Puisi, karena mencintai sama dengan menerima. Menerima semua yang baik dan buruknya pasangan. Puisi bener kan?"
Yaudah deh makasih yaa udah denger cerita Puisi hari ini, pokoknya Puisi seneng banget dikasih Benua es krim yang banyakkk, tapi Puisi lebih seneng ngobrol lewat telpon sama Nathan. Oh iya sebelum Puisi tutup, Puisi mau bilang, Puisi mau Nathan beliin Puisi es krim besok! Yang banyak!
Byeee byy CEO cuek Puisi sayang Nathan.
Tuuutttt.....
Nathan meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu berjalan keluar kamar tanpa ekspresi apapun. Yang terjadi beberapa menit tadi, Nathan menganggapnya sebagai mimpi buruk.
Baiklah kita berikan salam duka pada Puisi di sebrang sana.
Namun baru saja beberapa langkah, Nathan menyadari satu hal, satu pertanyaan yang lupa ditanyakan oleh Nathan tadi saat bertelponan dengan Puisi.
"Dia dapat nomor telepon gue darimana?"
***
Puisi memeluk erat Lena, sampai yang dipeluk hampir saja di panggil ke rahmatullah jika tidak segera Puisi lepaskan pelukannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Jodoh!!! [SELESAI]
Teen FictionBerawal dari pra nikah, Puisi mengklaim Nathan sebagai jodohnya! Kalian akan bertemu Puisi yang cantik dan unik, karena apa? Karena dari miliyaran manusia hanya Puisi yang takut dengan UANG. Gadis cantik ini selain cita-citanya menjadikan Nathan se...