Puisi menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Terdengar helaan napas berat dari bibir Puisi. Sejenak Puisi memejamkan matanya. Sedetik kemudian ia membuka matanya kembali lantas menggeleng kuat.
"Kenapa wajah Benua yang muncul sih. Ini otak gue kenapa sih, eror nih pikiran." Omel Puisi pada dirinya sendiri. Ia nampak kesal pada dirinya sendiri karena terus terbayang wajah Benua.
Puisi mendengus, ia duduk di bibir kasur, lalu ia menarik napas kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Ok, Puisi. Jangan khianatin Nathan, ok. Ayo pikirkan Nathan saja, jangan pikirkan Benua." Kata Puisi menginstruksikan dirinya sendiri, "kepada Benua yang terhormat tolong keluar dari pikiran Puisi!" Perintah Puisi pada dirinya.
"Pergi! Pergi! Pergi!" Puisi sepertinya nampak kuwalahan dalam mengusir sosok Benua dalam pikirannya.
"Argh kenapa gak bisa!" Kesal Puisi, "ini pasti gara-gara di danau tadi nih."
"Pikirin Nathan! Pikirin Nathan! Pikirin Nathan!" Suruh Puisi pada otaknya.
"Argghhs kenapa tetap gak bisa!" Kesal Puisi lama-lama.
Wajah Benua semakin nampak nyata di dalam pikirannya, semakin keras Puisi mencoba untuk menghilangkan Benua, semakin jelas wajah Benua terhias di pikirannya.
Apa yang salah dari Puisi malam ini? Sejak pulang dari danau, sejak saat itu, sosok Benua berperan mengusik pikirannya sekarang.
"Gara-gara belum mandi nih, jadi pikiran Puisi gak jernih! Harus mandi nih buat singkirin Benua dari pikiran Puisi!" Puisi bangkit berdiri, "iya bener Puisi harus mandi!" Puisi segera mengambil piyama tidurnya dan segera masuk ke kamar mandi.
***
Di hari Senin yang cerah...
Tinggg tonggg...
Puisi menuruni anak tangga untuk membuka pintu rumah yang berbunyi.
Klek..
Puisi tertegun menatap segerombolan pria berbaju hitam yang sudah sangat Puisi kenali. Siapa lagi kalau bukan Benua, Genta, dan Ben.
Mampus, ada Benua. Puisi harus apa sekarang?
"Selamat pagi Puisi gemoyy." Sapa Ben genit.
"Pagi Ben." Nyengir Puisi, " warna rambutnya keren." Komentar Puisi pada rambut Ben yang berwarna biru langit, tidak terlalu menyakitkan mata.
Ben tersenyum bangga, "yadongg, ganteng gak gue?"
Puisi tersenyum lantas mengacungkan dua jempolnya ke arah Ben, "ganteng polll."
"Ck ganteng apaan sakit mata iya." Cibir Benua yang jelas di dengar Ben.
"Syirik aja lo Jamal." Ben menatap sinis Benua.
Genta geleng-geleng kepala mendengar perkelahian ringan Ben dan Benua. "Kalimat ada gak Sy?" Tanya Genta mengalihkan perhatian Puisi.
"Ada kok, lagi ngorok di kamarnya. Kalian jadwal mau kunjungan ke kamarnya yaa?" Tebak Puisi yang sudah sangat hafal.
Ben nyengir, "oh jelas tentu saja. Lama gak menjajah kamar Kalimat. Siapa tahu ada kaset 18+ nya." Tawa Ben.
Genta menampol Ben, "lemes bener mulut lu."
"Kaset 18+? Maksudnya?" Tanya Puisi bingung, "harga kasetnya 18 ribu ke atas? Emang kaset apaan yang harganya 18 ribu?" Jiwa kepo Puisi meronta-ronta.
Benar-benar polos sekali Puisi.
Genta, Ben, dan Benua, kebingungan untuk menjelaskan. Mereka sama-sama saling kaget atas tingkat kepolosan Puisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Jodoh!!! [SELESAI]
Fiksi RemajaBerawal dari pra nikah, Puisi mengklaim Nathan sebagai jodohnya! Kalian akan bertemu Puisi yang cantik dan unik, karena apa? Karena dari miliyaran manusia hanya Puisi yang takut dengan UANG. Gadis cantik ini selain cita-citanya menjadikan Nathan se...