19. Janji Puisi dengan Nathan

586 72 14
                                    

Wajah bahagia Puisi terpampang jelas, senyumnya sedaritadi tidak pernah pudar. Hari ini ia akhirnya terbebas dari infus. Setelah dinyatakan kondisinya sudah stabil gadis manis itu akhirnya bisa kembali ke rumah dan bersekolah kembali.

Kadang Puisi merasa lelah dengan kondisi tubuhnya yang aneh. Ia sendiri juga heran kenapa dirinya tidak bisa melihat uang, padahal uang benda yang tak akan bisa di tinggalkan oleh manusia normal. Tubuh Puisi terlampau istimewa.

Saat Puisi bertanya pada Bundanya, maka Bundanya menjawab dengan lembut seraya berkata, "itu artinya kamu akan menjadi manusia yang baik. Jika sewaktu kamu kerja kamu gak akan tergoda untuk korupsi uang. Kamu istimewa sayang, gak semua orang punya keistimewaan yang kamu milikki. Kamu harus bersyukur." Tutur Bundanya.

Tuuk!

Puisi meringis, "sakit Camat!"

Seperti biasa Kaka keduanya yang menyebalkan mulai berulah, Kalimat memukul kepala Puisi dengan bantal rumah sakit.

"Sorry sis saya kira anda sedang bermetamorfosa jadi gila." Kekeh Kalimat. "Senyum lo bikin gue merinding. Gue kayak liat kuntilanak kalau lo senyum gitu."

Puisi memicingkan matanya kilat perang dunia ketiga akan berkibar, sebentar lagi, "emang bang Camat pernah liat kuntilanak?" Puisi masih memakai sabarnya ia bertanya sambil tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum terpaksa.

Kalimat mengangguk santai.

"Kapan?"

Kalimat melirik Puisi sebentar lalu langkahnya berjalan ke samping jendela ia mengambil kaca berbentuk persegi, lalu membawanya ke hadapan Puisi, "coba ngaca deh."

Puisi nurut. Ia tak menaruh curiga, "cantiknya jodoh Nathan." Puji Puisi untuk diri sendiri.

Kalimat tertawa kecil, "kek gitu lah bentuk muka kuntilanak."

Puisi langsung memudarkan senyumnya pupil matanya membesar. Ia menatap kakaknya itu dengan kesal, menjengkelkan! Punah sudah kesabaran Puisi untuk Kalimat, gadis  itu mengibarkan bendera perang ketiga melalui kilatan matanya.

Satu...

Dua...

Tiga...

Sebelum Puisi melemparkan cermin itu ke arah Kalimat, Kalimat sudah lebih dulu lari kocar-kacir kabur dari serangan singa betina.

"BANG CAMAT!" Teriak Puisi lepas kendali. Saat pintu kamarnya tertutup meninggalkan dirinya seorang diri.

"Gue sumpahin lo dapat musibah hari ini!"

Ajaib setelah berkata seperti itu, seakan mantra kutukan, tiba-tiba saja Puisi mendengar guntur diluar lalu cuaca mulai mengabu, bersiap untuk hujan. Puisi terpukau, apa sumpahnya sampai dan terdengar oleh langit?

Puisi tersenyum miring, "mampus lo bang!"

***

Nathan menatap bungkus es krim yang ia letakkan di atas meja belajarnya. Hanya menatap tak memakan. Bahkan es krim itu sudah lama meleleh, namun Nathan abai akan itu. Fokusnya adalah pada orang yang menggilai es krim yang saat ini tengah berkeliaran di dalam kepalanya.

Nathan menggeleng, ia menghembuskan napasnya kasar, saat bayangan Puisi yang nampak akrab dengan Benua muncul di kepalanya. Lagi-lagi cowok itu mengusap wajahnya gusar.

Ada yang salah dari dirinya. Ada sesuatu yang menjanggal, dan sedikit sesak saat mengingatnya. Tapi apa? Nathan kebingungan sendiri.

Tingg...

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang