70 : Mendekati Perpisahan

311 52 22
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Semuanya perlahan berjalan dengan kondusif. Tidak terasa, berpisah menjadi satu hal yang pasti.

Puisi datang dengan membawa sebuket bunga untuk Nathan. Sekarang tidak lagi Puisi yang menghampiri Nathan, tapi Nathan yang datang menghampirinya sembari menampilkan senyum yang sangat tulus.

"Selamat yaa Nathan." Puisi memberikan buket bunga itu pada Nathan.

Nathan menyambut buket bunga yang di beri Puisi, dengan perasaan senang.
"Makasih yaa." Tangan Nathan terulur untuk mengusap pucuk kepala Puisi lembut.

Puisi membalas senyum Nathan, "Nathan keren banget bisa jadi juara satu UN Se Jakarta! Bangga deh Puisi bisa punya Nathan."

Nathan terkekeh atas pujian Puisi, "jangan puji gue ntar gue terbang, emang lo mau tangkap gue."

Puisi menggeleng, "badan Nathan berat, gak mau nangkap ah." Puisi mengulum senyumnya.

Nathan terkekeh, ia mencubit pipi Puisi gemas, "lucu banget sih lo."

Jleb

Tolong Puisi terbang. Ia tersenyum lebar, saking bahagianya. Jarang-jarang seorang Nathan yang notabenya cuek bilang dirinya lucu.

"Bucin terusss!" Seru Kalimat tiba-tiba menerobos masuk ke tengah-tengah Nathan dan Puisi.

Puisi menggerutu, "ganggu aja lo bang!"

"Biarin serah-serah gue lah, wleee." Ledek Kalimat menjulur lidahnya.

Puisi geram ia mencubit perut Kalimat sambil emosi, "lo yaa kalau gak ganggu gue kayaknya lo bakal mati yaa!"

Kalimat nyengir, "nah tuh lo tahu, pinter juga akhirnya lo."

"Jadi maksudnya selama ini Puisi gak pinter gitu?" Tanya Puisi geram.

Kalimat mengangguk, "saking gak pinter nya, tai kucing aja lo sangka cokelat! Hahaha!" Tawa Kalimat pecah.

Tangan Puisi tak bisa ditahan lagi untuk tidak memukul tubuh Kalimat. Nathan yang melihat pertengkaran Kaka adik ini tertawa kecil.

"Kalimat." Panggil Nathan.

"Apa?" Tanya Kalimat di sela ia melindungi diri dari serangan pukulan Puisi.

"Mawar nanyain kabar lo." Kata Nathan yang membuat Kalimat menatap Nathan dengan mata yang berbinar.

"Yang bener lo? Terus Mawar nya kapan pulang?" Tanya Kalimat antusias.

"Besok." Jawab Nathan singkat padat dan jelas.

Kalimat langsung menyunggingkan senyumnya, Puisi mengernyit menatap wajah abangnya yang terlihat bahagia sekali saat nama Mawar di sebut, Puisi berhenti memukuli abangnya.

Kalimat melompat-lompat kegirangan tak peduli tempat, "yeayy jodoh gue dah datang. Makasih yaa Kaka ipar infonya, gue pulang duluan mau simulasi siap-siap ketemu calon istri." Seru Kalimat girang, saking girangnya ia memeluk Nathan dan mengecup kening Puisi singkat. Setelah itu Kalimat berlari sambil melompat lompat girang.

Puisi melongo atas tingkah Kalimat yang impresif, ia tidak percaya ia akan memiliki hubungan darah dengan Kalimat. Kakak nya yang gila.

"Maafin bang Kalimat ya Nathan, anaknya emang gak waras dari kecil." Kata Puisi, ia akhiri dengan kekehan kecil.

Nathan tersenyum, "santai, yang penting sekarang lo gak di jailin lagi kan sama Kalimat."

Puisi tersenyum lebar, ia mengangguk tersipu malu, baper? Tentu saja. Bagaimana tidak baoer, saat tahu tadi Nathan membawa nama Mawar untuk mengalihkan perhatian Kalimat, agar berhenti menjaili Puisi. Sungguh manis sekali Nathan.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang