Puisi bertopang dagu, pandangannya lurus ke depan, isi otaknya berisik, rasa bersalah benar-benar menyelimuti hatinya.
Tentang Lena. Yang ternyata membencinya, karena perkara cinta. Tidak pernah terpikir oleh Puisi, bahwa persahabatannya dengan Lena akan hancur setelah beranjak remaja dan di kenalkan soal cinta.
Apa cinta harus se menyeramkan ini?
Sudah setengah jam Puisi hanya duduk merenung di dalam kafe yang ramai. Tak ada percakapan dan aktifitas yang membuatnya tersenyum.
Nathan menghela napasnya, ia menatap Puisi, "kalau kehadiran gue hanya liat lo mengelamun gini, gue pergi aja deh."
Puisi tersadar dari lamunanya, "eh jangan pergi, Puisi gak mau sendiri." Puisi mencegah pergerakan Nathan yang ingin berdiri pergi.
Gue juga gak mau tinggalin lo sendiri. batin Nathan.
Nathan tersenyum tipis, ia kembali duduk, "sudah siap cerita belum?" Tanya Nathan.
Gantian Puisi yang menghela napasnya, "Nathan."
"Hm?"
"Puisi orang jahat yaah?" Tanya Puisi dengan wajah sedihnya.
Nathan mengernyit, "siapa yang bilang gitu? Itu semua gak bener."
Mata Puisi berkaca-kaca, "tapi Puisi udah rampas kebahagiaan sahabat Puisi sendiri, Puisi udah sakitin banyak orang. Lena, Benua, Dea, mereka sakit hati karena Puisi. Karena kebegoan Puisi." Parau Puisi, tangisnya tak bisa ia bendung lagi.
Nathan melihat tangis Puisi pecah langsung refleks menghampiri Puisi, ia membawa tubuh Puisi kedalam pelukannya.
"Jangan hakimi diri lo sendiri, gue gak suka!" Ucap Nathan dengan nada pelan tapi tegas.
"Lena benci sama Puisi... Puisi kehilangan sahabat Puisi..." Lirih Puisi, tangisnya semakin menjadi, saat ingatannya terputar kembali di waktu dia bertemu Lena di penjara semalam.
Nathan memejamkan matanya dalam-dalam. Dia menghembuskan napas beratnya. Yang tak di mengerti Nathan adalah kenapa malah Puisi yang merasa bersalah atas kasus Lena, padahal sudah sangat jelas hal yang dilakukan Lena adalah bentuk kriminal dan kesalahan.
Nathan melepas pelukannya, ia menatap wajah Puisi intens.
"Kenapa lo buang-buang air mata lo dengan orang yang udah kasih lo luka? Yang salah itu dia bukan lo." Seru Nathan, jarinya terulur untuk menghapus jejak air mata Puisi, "lo gak pantes nangis, air mata lo terlalu berharga untuk menangisi orang yang udah sakitin lo."
"Lena terluka karena Puisi, Nathan..." Lirih Puisi. "Puisi orang jahat, Puisi sakitin banyak hati... Puisi... Hiikss.."
"Puisi!" Tegas Nathan, membuat Puisi terdiam ia terpaku menatap Nathan.
Nathan menghembuskan napasnya gusar, "yang salah itu Lena! Dia yang udah buat lo depresi semalam, lo lupa lo hampir kehilangan hidup lo karena ulah Lena! Dan lo menangisi orang yang seperti Lena?" Nathan terdiam sebentar untuk beberapa detik, "dia yang buat lo depresi, dan lo mau tangisin dia, lo mau depresi lagi? Kenapa sekarang jadi lo yang merasa bersalah?" Sungguh Nathan tak mengerti dengan jalan pikir Puisi saat ini.
"Puisi emang pantes dapatkan itu semua, Nathan. Depresi Puisi karena salah Puisi sendiri. Ini salah Puisi, yang seharusnya di penjara itu Puisi bukan Lena." Puisi mulai menyalahkan dirinya sendiri lagi, "coba aja Puisi sedikit lebih peka dengan perasaan orang, semua ini gak akan terjadi, Lena gak akan benci sama Puisi, Benua gak akan sakit hati karena Puisi. Puisi emang bego..." Tangan Puisi memukuli dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Jodoh!!! [SELESAI]
Teen FictionBerawal dari pra nikah, Puisi mengklaim Nathan sebagai jodohnya! Kalian akan bertemu Puisi yang cantik dan unik, karena apa? Karena dari miliyaran manusia hanya Puisi yang takut dengan UANG. Gadis cantik ini selain cita-citanya menjadikan Nathan se...