07 : Bertemu

512 85 17
                                    

"BANG KALIMAT!" teriak Puisi dari kamar.

Derap langkah kaki tergesa terdengar tidak lama kemudian muncullah orang yang di teriaki Puisi ke hadapannya. Sosok laki-laki yang memakai celana pendek dengan kartun doraemon.

"APA SIH LO! TERIAK-TERIAK SEGALA. GAK WARAS LO!"

Puisi mengabaikan protes Kalimat, ia menatap abangnya itu dengan tersenyum penuh keinginan, "bang Kalimat hari ini kok ganteng yaa?  Gantengnya setara dengan wajahnya bang Kata."

Kalimat berkacak pinggang, kalau gini pasti ada maksud terselubung dari adiknya, "langsung aja mau apa?"

Puisi nyengir, "tau aja lo bang kalau gue cuman pura-pura doang." Kekehnya tanpa merasa berdosa, "beliin gue pembalut dong ke mini market depan." pintanya seenak jidat.

Kalimat menoyor kepala Puisi memasang wajah enggan, "beneran gak waras adik gue."

"Ish bang Kalimat, serius ini. Puisi minta tolong. Kepepet ini." Puisi memasang wajah melasnya dengan nata pupy eyes nya

Kalimat menghela napas panjangnya, ia mengalihkan pandangannya sebisa mungkin tidak menatap wajah melas adiknya, "GAK!"

Puisi memanyukan bibirnya, cemberut. "Bang Kalimat jahat! Puisi gak suka. Adiknya minta tolong malah gak di tolongin."

Kalimat tak tahan tidak melirik Puisi, ia menatap adiknya itu yang masih memasang wajah cemberut, "Lo punya kakak dua, minta tolong aja sama Kata kenapa sama gue?"

"Bang Kalimat kan tau sendiri, Bang Kata itu paling anti di suruh-suruh juga paling enggan keramaian."

Kalimat mengusap wajahnya gusar ia semakin tidak tega menatap wajah Puisi yang kian memelas, "kenapa gak lo aja sendiri yang beli?" tanyanya setengah hati.

Puisi mendongak, matanya seakan menampilkan cahaya berbinar, "Puisi gak bisa bangkit, kasur Puisi aja udah berdarah, terus perut Puisi juga sakit daritadi." Jedanya, "bang Kalimat mau kan tolongin Puisi? Kata dady sesama saudara itu saling bantu, kita kan saudara. Jadi abang harus bantu adik. Lumayan bang pahalanya." Ucapnya dengan masih memasang wajah melas andalannya.

Kalimat menghela napasnya, ia akhirnya mengalah, "yaudah gue beliin. Yang pakai sayap kan?"

"Terserah abang."

Kalimat mengangguk saja, ia malas mengganggu Puisi yang lagi menstruasi, seperti perempuan kebanyakan, mood Puisi naik turun kadang lembut kek malaikat kadang kasar melebihi jahatnya iblis. Pokoknya kalau cewek menstruasi sebisa mungkin jangan memancing emosi, karena resikonya bahaya. Yaa gitu, kalau mau liat kiamat dengan cepat yaa ganggu aja perempuan yang sedang menstruasi. Di jamin dunia kamu bakal berasa kek kiamat.

Lalu kalimat menuruni anak tangga dengan santai setelah memasang celana panjang hitam dan  hoodie kuningnya.

"Mau kemana?" tanya Kata di sofa sambil mengerjakan sesuatu pada layar laptopnya.

"Mini market, beliin tuan putri pembalut yang pakai sayap. Kenapa? Mau sekalian minta di beliin juga?"

Kata menghentikan ketikannya, ia menatap pada Kalimat ia mengangguk kecil, "nitip beliin gue coffe good day yaa satu."

Belum sempat Kalimat memprotes, si kembarannya sudah memberikan selembar uang seratus ribu, "sekalian beliin juga es krim sama cokelat buat Puisi. Sisanya ambil aja kembaliannya."

Kalau gini Kalimat gak punya niat untuk menolak, wajah memasang dongkol kembali ceria, "siaap bang Kata! Pergi dulu." Seru Kalimat berjalan riang sambil bersiul.

Kata yang melihat itu terkekeh kecil. Terkadang kembarannya itu bersifat kekanakan melebihi Puisi.

***

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang