35 : Kemarahan Kalimat

340 51 7
                                    

Hampir satu bulan Benua berbaring di atas brankar rumah sakit. Keadaannya masih sama. Tidak ada tanda-tanda kondisi tubuhnya membaik. Bahkan perkataan dokter beberapa jam yang lalu membuat hati ke empat temannya patah.

Melihat kondisi Benua, kita hanya bisa berpasrah. Kondisi Benua seperti hidup hanya sekedar raga. Dia bernapas tapi dia sendiri tidak tahu bahwa dia hidup. Kita hampir kehilangan kesempatan untuk melihat Benua kembali sadar dan sembuh.

Benua bisa bertahan sampai sejauh ini saja, itu sudah menjadi keajaiban. Karena biasanya pasien yang kasusnya seperti Benua hanya bisa bertahan seminggu. Tapi temen kalian mampu bertahan bahkan hampir satu bulan.

kami sudah melakukan yang terbaik sebisa kami. Tapi kalian harus ikhlas, jika sewaktu-waktu Benua pergi.

Kata, Kalimat, Genta, dan Ben, terduduk pasrah. Mereka tidak tahu harus berbuat apa selain mendoakan sebanyak doa untuk kesadaran Benua. Meski kata medis kesembuhan Benua hampir tidak ada, tapi apa salahnya mereka terus berdoa?  

"Apa gue harus bunuh Zaid dulu baru lo sadar, Benua?" Tanya Kata di dekat brankar Benua.

"Apa gue harus bilang ke Puisi kalau lo cinta mati ama dia baru lo mau sadar?" Kalimat ikut bertanya, matanya tak lepas menatap wajah tenang Benua.

"Apa gue harus tobat dari hobi buruk gue baru lo sudi sadar?" Ungkap Ben, kepalanya menunduk, menandakan kesedihan amat dalam.

"Kita semua kangen lo Benua, lo gak kangen sama kami?" Tanya Genta yang berdiri di samping Ben.

Ke empat cowok itu menghela napas berat mereka. Benua masih enggan membuka mata, entah harus berapa hari lagi mereka menunggu kesadaran Benua, atau terburuknya mereka tidak akan bisa melihat Benua sadar lagi untuk selamanya.

"Kalau lo berakhir mati setelah lama koma. Maka lo akan jadi manusia ter jahat yang pernah gue temui. Lo jahat meninggalkan kami dalam keadaan mengharapakan lo sadar." Lanjut Genta, setelah ia menghela napas panjangnya.

"Lo harus sadar Benua. Jangan buat perjuangan kami yang tiap hari gantian jagain lo, tiap hari mendoakan lo, jadi sia-sia." Ujar Ben terdengar berat.

"Kalau lo milih kalah dari koma lo. Gue bersumpah gak akan datang di hari pemakaman lo! Lo tahu kan? Gue benci air mata." Ujar Kata, matanya memerah menahan air mata.

Kalimat mengangguk kecil di samping Kata, "gue sama Kata itu sepaket, jadi kalau lo mati gue juga gak akan datang ke pemakaman lo." Seru Kalimat terdengar berat.

Percuma.

Benua tetap tidak akan sadarkan diri. Cowok itu tetap dalam keadaan komanya. 

Kata, Kalimat, Genta, dan Ben, serempak menundukkan kepala dan menjatuhkan air mata. Mendengar Benua hampir tak punya kesempatan hidup saja membuat mereka menjatuhkan air mata, bagaimana nanti mereka harus bertemu batu Nissan bertuliskan nama Benua. Mereka tak akan sanggup untuk membayangkannya.

***

Kata dan Kalimat masuk ke dalam rumah dengan mode yang sudah berbeda dari di rumah sakit, mereka memerankan sifat mereka masing-masing. Kata dengan wajah dingin alias ketusnya, Kalimat dengan wajah cair alias cengengesan nya.

Masih pukul sepuluh malam, maka wajar saja bila TV di ruang keluarga masih menyala. Ucup menemani Jubaidah menonton serial sinetron mak-mak.

"Eh si kembar udah datang, kemana aja kalian?" Tanya Ucup melirik anak kembarnya.

"Rumah sakit." Jawab Kata.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang