51 : Rasa yang Sudah Ada

312 53 30
                                    

"Bagaimana aku bisa menyingkirkanmu? Jika saat dalam keadaan tergelap sekalipun sosok mu tetap terhias manis di dalam kepala."

💌💌💌

Nathan berlari cepat, ia membelah kerumunan yang mengelilingi Puisi. Wajahnya sangat terlihat panik saat melihat Puisi pingsan. Sejak dari pulang sekolah Nathan sudah mengikuti langkah pergi Puisi bersama Dea, ia sudah mempunyai feeling yang tidak enak terhadap sikap Dea pada Puisi. Nathan sempat kehilangan jejak Puisi saat di mall tadi, dan betapa menyesalnya dia saat bisa menemui Puisi dalam keadaan pingsan seperti sekarang.

"Minggir kalian semua!" Kesal Nathan. Pasalnya orang di sekeliling Puisi hanya memperhatikan Puisi saja tanpa berinisiatif apa-apa. Kekesalannya bertambah saat ada saja manusia yang lebih memilih mengabadikan orang yang pingsan daripada menolong.

Nathan segera membopong tubuh Puisi. Sebelum pergi, Nathan menatap tajam Dea, "lo berurusan sama gue setelah ini!" Tegasnya.

Tanpa melihat sekeliling yang sudah menjadikan dirinya dan Puisi menjadi pusat perhatian khalayak ramai, Nathan acuh, ia berlari membopong tubuh Puisi. Baginya keselamatan Puisi lebih penting dari segalanya.

Dea yang tertinggal di tempat, menatap jengkel atas datangnya Nathan secara tiba-tiba seperti tadi. "Ganggu aja!" Kesalnya.

***

Keadaan sudah mulai kondusif. Kondisi Puisi sudah tenang, hanya menunggu siuman saja.

Nathan setia menunggu Puisi sadar.

Hening melanda ruangan bercat putih itu. Namun pikiran Nathan tidak hening. Di dalam kepalanya ramai beropini dan berekspektasi tentang Puisi. Nathan tidak kenal diam, dia sudah berusaha menyingkirkan pikirannya agar berhenti memikirkan Puisi, tapi semakin di tolak, maka semakin tidak bisa Nathan menyingkirkannya.

Nathan menghela napasnya, ia memejamkan matanya dalam. Namun Nathan kembali membuka matanya setelah beberapa detik. Kenapa? Karena di saat terpejam pun sosok Puisi tetap muncul memenuhi pikirannya.

"Lo pakai mantra apa, sampai gue gak bisa menyingkirkan lo dari pikiran gue sendiri?"  Nathan menatap wajah tenang Puisi.

Klekk...

Nathan menoleh pada pintu yang terbuka menampilkan sosok Lena yang masih memakai seragam sekolah, datang bersama dengan Kalimat.

"Yaampun Puisi, lo kenapa bisa pingsan lagi sih. Kan jadi rawat inap di rumah sakit lagi." Muka panik Lena terlihat jelas menghampiri Puisi, "hobi banget bikin orang panik."

"Puisi oh Puisi kenapa kau takut uang? Macam mane Puisi Tak takut...." Kalimat bersiul sambil bernyanyi dan berjalan ke sofa.

Nathan berdiri, "karena kalian udah datang, gue pergi dulu." Pamit Nathan.

"Loh kenapa cepet? Gak nunggu Puisi sadar dulu?" Tanya Kalimat.

Nathan menggeleng kecil, "gue ada latihan buat persiapan masuk tentara." Ujar Nathan.

Kalimat ber oh ria, "yaudah thanks yaa udah antar dan jaga Puisi selama gue gak ada. Semangat latihannya!" Seru Kalimat.

Nathan mengangguk kecil, lalu ia berlari pergi, tanpa meninggalkan senyum. Sebelum benar-benar pergi Nathan menatap Puisi.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang