05 : Pengakuan Cinta

591 89 2
                                    

Nathan meletakan sebuket bunga mawar di atas batu nissan seorang perempuan. Wajahnya yang tak pernah dilihat orang tersenyum, maka di hadapan pemakaman perempuan ini, ia menunjukkan senyuman yang sangat tulus. Lalu tangannya menyatu melakukan doa. Lima belas menit berlalu, Nathan mengusap nissan itu lembut, lalu ia kembali tersenyum kali ini di ikuti dengan mata yang berkaca-kaca.

"Selamat ulang tahun Bunda. Terima kasih telah melahirkan Nathan. Bunda baik-baik yaa di surga. Nathan sayang Bunda."

Wajahnya ia majukan, lalu ia mengecup batu nissan itu dengan sayang. "Nathan pamit pulang, Bunda. Assalamualaikum."

Baru sebentar Nathan meninggalkan pemakaman itu, seorang gadis yang sedari tadi mengekorinya dari belakang ikut menatap kuburan yang baru saja Nathan tinggalkan tadi, gadis itu menatap lekat-lekat, ia membaca nama yang tertera di batu nissan itu.

"Khalisa Nayyara Zahabiya." Puisi membacanya pelan, "meninggal delapan belas tahun yang lalu."

Yaa selepas Nathan keluar dari toko kuenya, gadis itu juga ikut keluar dari toko kue dengan dua alasan pertama untuk menjauhi uang kedua untuk mengikuti Nathan. Sepanjang perjalanan Puisi terus mengikuti dari Nathan pergi ke toko bunga sampai akhirnya berhenti di sebuah pemakaman unum. Diam-diam juga Puisi mendengarkan apa yang dikatakan Nathan sedari tadi. Gadis itu tidak menyangka kalau Ibunya Nathan sudah meninggal dunia.

Namun hal yang membuat Puisi penasaran adalah, kenapa waktu Nathan beli kue nama di kue itu tulisannya Bunda Khaila, tapi kenapa saat di batu nissan ini bernama Khalisa? Pertanyaan itu akan Puisi tanyakan langsung ke Nathan besok di sekolah.

Puisi berjongkok menatap batu nissan itu, bibirnya terbit sebuah senyum, "assalamualaikum Bunda Khalisa, kenalin aku Puisi tulang rusuknya Nathan, anak Bunda. Nathan sayang banget tau sama Bunda, waktu dia sama Puisi atau sama siapapun dia gak pernah tersenyum dan ngomong banyak." Lalu Puisi terkekeh pelan, "Puisi sayang banget sama Nathan. Kalau boleh, Bunda mau gak datengin Nathan di mimpi terus suruh Nathan buat sayang balik sama Puisi."

"Oh iya kayak Nathan bilang tadi, makasih yaa, Bunda udah lahirin manusia sesempurna Nathan. Karena ada Nathan di bumi ini, Puisi jadi punya alasan kenapa Puisi di lahirkan."

"Hmm, Bunda Khalisa yang tenang yaa di surga, dukung Puisi buat menangin hatinya Nathan."

Puisi menyeka ujung matanya yang mengeluarkan air mata, entah kenapa ia tiba-tiba saja menangis mungkin karena ia terharu karena ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengan calon mertua secara langsung.

"Meski Puisi gak pernah liat wajah Bunda Khalisa, Puisi yakin Bunda Khalisa pasti sangat cantik." Jedanya sebentar, "Puisi pamit pulang yaa Bunda Khalisa. Assalamualaikum."

Setelah berpamitan, Puisi meninggalkan pemakaman itu dengan tersenyum lega.

***

Puisi mengamati kaka pertamanya yang terlihat sangat serius membaca buku, gadis itu duduk di bibir kasur. Antara kedua kakanya hanya kaka pertamanya ini yang terlihat sangat misterius.

"Bang Kata." Panggil Puisi yang seperti biasa di jawab dengan deheman kecil.

"Puisi penasaran, bang Kata pernah gak jatuh cinta?"

Kata menatap sekilas ke arah Puisi, "kenapa nanya gitu?"

Puisi tersenyum, "penasaran aja, kalau manusia dingin spesies bang Kata cara nunjukin suka nya kek gimana?"

Kata meletakan bukunya di atas meja ia menatap Puisi dengan mengakat sebelah alisnya, "kamu mau tahu?"

Puisi langsung mengangguk antusias.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang