47 : Kado Benua

348 46 24
                                    

"Puisi!" Teriak Benua dari kejauhan.

Puisi melepas sebelah earphone nya, ia balik badan, bibirnya mengembang senyum menatap Benua, ia menunggu  Benua menghampiri nya.

"Mau ke kelas kan? Yaudah yok biar gue anter." Kata Benua, ia meraih tangan Puisi.

"Ntar bentar dulu." Ucap Puisi, Benua mengernyit, "kenapa?" Tanya Benua.

"Kok Benua udah sekolah aja? Seharusnya istirahat dulu, pulihkan dulu kesehatannya."

Benua nyengir, "udah lama gue gak sekolah, kangen basket, kangen berantem, kangen ke ruang BP, kangen lo juga."

Puisi menepak bahu Benua, "wah masih gak takut mati nih bapaknya."

"Biarin, kalau gue masuk rumah sakit lagi, gue bakal pura-pura pingsan biar gue denger cewek di depan gue ini bilang gini Benuaa bangun Benuaa, Benua jangan pergi, Puisi sayang Benua. Sambil nangis-nangis." Benua tertawa terbahak, sambil menirukan gaya bicara Puisi, yang dikatakan sama Kalimat beberapa hari yang lalu saat menceritakan kekhawatiran Puisi.

"Ish gak lucu!" Kesal Puisi, menekukkan wajahnya.

Benua gemas sendiri melihatnya, Benua menangkup kedua sisi pipi Puisi. "Emang gak lucu yang lucu itu muka lo." Kekeh Benua yang terus memainkan wajah Puisi, sampai sang empunya memanyunkan bibirnya. Tambah gemas di mata Puisi.

"Ih tambah gemesin aja lo tiap hari, pulang sekolah om kasih sepuluh bungkus es krim deh!" Lanjut Benua masih asik memainkan pipi tembem Puisi.

Mendengar kata es krim di sebut, Puisi nyengir, ia menyingkirkan tangan Benua dari pipinya, "kalau 10 bungkus es krim mah, saya rakyat mu yang lemah ini, tidak akan bisa menolak, duhai Baginda Raja."

Benua terkekeh, ia mengacak rambut Puisi gemas, "dasar bocah!"

Puisi memukul dada bidang Benua pelan, "nyebelin!"

"Utututu si cantik nya Benua jangan ngambek donggg."

Puisi yang mendengar itu tertawa pelan begitupula Benua, Puisi tidak masalah jika Benua yang memperlakukannya seperti demikian, baginya Benua sudah lebih dari teman tapi bukan seseorang yang lebih spesial di banding Nathan.

Tak sengaja pandangan Benua jatuh pada sosok laki-laki yang berdiri tak jauh dari dirinya dan Puisi berada, Benua semakin melebarkan senyumnya sambil memainkan alisnya naik turun, sementara orang yang ia lempar senyum malah membalasnya dengan tidak tersenyum, matanya menatap tajam ke arah Benua dan Puisi. Siapa lagi kalau bukan Nathan.

Dariapda hati Nathan pagi-pagi sudah terbakar api cemburu, cowok itu buru-buru balik badan dan kembali ke kelas, niat awalnya tadi mau ke ruang guru tidak jadi saat melihat Puisi begitu tertawa lepas bersama Benua.

Benua tersenyum lebar, melihat Nathan yang pergi menjauh. Kemudian ia menatap Puisi, "yaudah gue anter ke kelas yuk."

Puisi mengangguk, "baiklah paduka Raja." Serunya.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, seorang dari belakang menerobos masuk di tengah-tengah mereka, yang otomatis genggaman Benua dan Puisi terlepas.

"Pagi Puisi!" Seru Dea heboh, "eh Benua, selamat pagi Benua, udah boleh sekolah yaa, maaf yaa aku gak bisa datang ke rumah sakit semalam buat bantu kamu beres-beres."

Puisi tersenyum menyambut kedatangan Dea, sementara Benua langsung memudarkan senyumnya.

"Oh iya Puisi kelas mana?" Tanya Dea, sambil mengedipkan sebelah matanya memberi isyarat pada Puisi agar pergi dan meninggalkan dirinya berdua dengan Benua saja.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang