18. Permintaan Maaf

493 74 10
                                    

Nathan menatap Puisi di sela kaca pintu. Sudah 30 menit Nathan berdiri disana memperhatikan tingkah Puisi. Lihatlah disaat sakit begini, gadis itu masih bisa bertingkah konyol di depan sahabatnya Lena.

Nathan tanpa sadar terkekeh saat Puisi tiba-tiba bersin di tengah-tengah ia bernyanyi. Menggemaskan. Gadis itu seakan bertingkah menjadi penyanyi dan sedang melakukan konser besar-besaran. Dengan remote tv di jadikannya sebagai pengganti microphone.

"Kalau gak mau masuk gak usah datang." Ujar Kalimat.

Nathan menoleh ke samping kirinya, menatap Kalimat, "gapapa kalau gue masuk?"

"Denda lima juta lo sama gue!"

Nathan diam. Dia tidak terbiasa dengan gurauan semacam ini. Ia bingung harus bereaksi seperti apa.

Kalimat tertawa kecil, "kaku banget lo!" Ucapnya dengan memukul pelan bahu Nathan, "sana masuk!"

"Tapi ingat sekali lagi lo bikin Puisi sedih, nyawa lo gua jamin gak bakal aman lagi." Peringat Kalimat serius, "kalau gitu gue cari oksigen dulu ke kantin." Ucap Kalimat setelah itu pergi dari hadapan Nathan.

Nathan masih diam ditempat. Langkahnya masih ragu untuk membuka pintu kamar rawat Puisi. Ia takut Puisi tidak suka dengan kehadirannya. Ia takut Puisi akan mengusurinya, Nathan takut permintaan maafnya di tolak oleh Puisi. Dengan sangat sadar Nathan tahu penyebab Puisi ada di rumah sakit itu karena dirinya.

Sekali lagi Nathan melirik Puisi, gadis itu masih bernyanyi bersama Lena.

Nathan tampak mengatur napasnya. Ia menatap Puisi, ia meyakini dirinya untuk masuk menemui gadis itu.

Klek

Nathan membuka knok pintu itu pelan. Baik Puisi maupun Lena masih belum sadar akan kehadirannya. Puisi masih terus bernyanyi sedang Lena sibuk merekam Puisi nyanyi. Jika di dengar, suara Puisi tidak terlalu buruk, gadis itu cukup bagus dalam bernyanyi.

Aku tlah tahu kita memang tak mungkin
Tapi mengapa kita selalu bertemu
Aku tlah tahu hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku tak bisa
Maafkan aku terlanjur mencinta

Meski Nathan tak tahu siapa pemilik lagu itu siapa penyanyi dari lagu itu,  tapi Nathan paham arti dari bait pertama lirik dari lagu itu. Nathan semakin merasa bersalah.

"Assalamualaikum," salam Nathan sedikit ragu.

Puisi menghentikan nyanyiannya. Lena berhenti merekam. Keduanya menatap Nathan, dengan raut kaget.

Nathan menghampiri Puisi dengan sebuket bunga yang ia beli di perjalanan sebelum ke rumah sakit tadi.

"Hei, cepat sembuh yaa." Kata Nathan, ia memberikan buket bunga itu pada Puisi.

Puisi dengan masih kebingungannya, tidak dapat berpikir jernih. Ini seperti mimpi baginya. Seseorang yang hampir mustahil datang menjenguknya malah menjenguknya hari ini. Apa dunia sebentar lagi akan kiamat? Kenapa hal yang mustahil bagi Puisi malah terjadi sekarang.

Puisi menerima bunga itu dengan sangat senang. Sebuah senyum terbit begitu luas untuk Nathan. Gadis itu hampir kehilangan akal nya, bagaimana bisa seorang Nathan yang bernotabe dingin cuek bisa seromantis ini sekarang.

Lena yang melihat juga kaget. Ini diluar nalar nya. Sangat diluar ekspektasi. Tidak mau menyia-nyiakan momen langka itu, Lena langsung mengambil gambar keduanya dari awal. Dari Nathan memberi bunga itu pada Puisi sampai Puisi menyambut bunga itu.

"Nathan mana?" Tanya Puisi polos.

"Gue Nathan."

Puisi menggeleng masih tak percaya, "sejak kapan Nathan menjadi peduli seperti ini sama Puisi. Puisi pasti mimpi!"

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang