17. Fakta Tentang Kata

512 75 19
                                    

Bella, Zean, Kata dan Kalimat berlari melewati koridor rumah sakit. Langkah mereka begitu tergesa. Setelah mendapat kabar Puisi pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, membuat satu keluarga mencemaskan keadaan Puisi.

Langkah mereka terhenti di depan pintu ruangan Puisi di rawat. Disana terlihat jelas seorang Puisi terbujur kaku tak sadarkan diri di  atas tempat tidur rumah sakit.

Isak tangis sudah pecah dari Bella. Sementara ketiga lelaki yang menyaksikan tangisan Bella berusaha keras untuk meredakannya.

"Kita masuk ke dalam yaa." Ucap Zean lembut.

Bella mengangguk. Zean membukakan pintu untuk mempersilahkan Bella masuk kemudian di susul oleh Kata dan Kalimat.

Bella semakin menangis saat menatap putri kesayangnnya diam tak berdaya.

"Permisi om Tante, bang." Sapa Benua.

Semua pasang mata menatap Benua, lelaki itu tersenyum kaku menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Hmm Jadi kenalin, nama saya Benua temennya Puisi. Yang telpon om tadi."

Zean yang masih mengenakan setelah jaz itu menatap Benua, "terima kasih sudah membawa Puisi kesini dengan cepat."

Benua menatap Zean yang masih memeluk erat Bella, Benua tersenyum kecil melihatnya. Lalu mengangguk kecil, "kalau gitu saya pergi dulu." Setelahnya ia berlalu pergi.

Zean rempong sama istrinya maka Kalimat juga harus rempong sama Bella yang terus saja menangis. Menenangkan ibu negara perlu sabar yang ekstra tidak cukup satu orang harus lebih.  Padahal semacam ini bukanlah pertama kali. Tercatat ini sudah ke lima kalinya dalam satu tahun belakangan ini Puisi di larikan ke rumah sakit. Namun Bella tetap saja terus merasa cemas.

Sementara Kata ia memilih keluar menemui Benua. Ada hal yang ingin ia tanyakan.

***

Kata diam mendengarkan penjelasan Benua. Di balik diamnya kedua tangannya sudah mengepal kuat. Ia menahan amarah.

"Jadi kamu menemukan Puisi didekat danau lagi nangis?"

Benua mengangguk, "iya kak."

"Kamu tahu alasannya kenapa?"

"Aku gak sempat nanya kak, Puisi nya udah lebih dulu pingsan."

Kata mengangguk kecil. Setelah itu ia bangkit berdiri.

"Eh kak, tunggu." Seru Benua, dia ikut berdiri.

Kata berbalik badan, "kenapa?"

Benua nyengir, "kalau aku mencintai Puisi boleh gak?"

"Hmm."

"Boleh ngejarnya?"

"Hmm."

"Boleh memilikinya?"

Kata diam. Ia memilih mendekati Benua. Wajah dinginnya membawa aura yang sedikit menyeramkan bagi Benua.

Benua diam.

"Lo boleh milikinnya tapi gak boleh sakitinnya. Sekali aja gue liat lo nyakitin dia, nyawa lo jaminannya." Bisik Kata tepat di samping Benua.

Kata menatap Benua tajam, dua bolanya terlihat mengintimidasi. Membuat Benua merasa seram sendiri. Namun setelahnya Kata tersenyum menepuk bahu Benua.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang