45 : Perasaan dan Kenyataan

365 47 15
                                    

Nathan menghentikan motornya di depan gedung rumah sakit. Bukan untuk menjenguk Benua tapi menjemput Puisi. Hal ini terjadi karena permohonan Kalimat yang begitu heboh masuk ke dalam room chatnya meminta mau menjemput Puisi buat sekolah.

Tak lama ia menunggu maka muncullah sosok Puisi yang hari ini menguncir rambut nya, dengan seutas senyum Puisi menghampiri Nathan. Siapa juga yang tidak tersenyum kalau berangkat sekolah di jemput oleh orang yang dicintai.

"Maaf yaa lama nunggu, tadi Puisi tunggu Benua dulu bangun buat pamitan." Cerita Puisi.

Nathan tidak masalah, ia mengangguk saja lalu menyerahkan helm pada Puisi. Namun Puisi enggan menerimanya. Membuat Nathan mengernyit bingung.

"Nih helm nya."

"Nathan."

"Kenapa?"

"Tangan Puisi sakit." Cemberut nya sambil memanyunkan bibirnya.

Nathan melirik kedua tangan Puisi yang tampak normal-normal saja dari kasat mata, "sakit di dalem?"

Puisi mengangguk, "nyeri gimana gitu."

"Mau ke tukang urut?" Tawar Nathan serius.

Puisi segera menggeleng, "gak siap teriak."

"Yaudah terus mau apa?" Tanya Nathan sabar.

Puisi menerbitkan senyumnya, "mau Nathan boleh?" Tanya Puisi dengan mata puppy eyes nya.

Nathan mendengus, "ikut gue berangkat ke sekolah apa gak?"

"Eh ikut ikut, masa iya jodoh sendiri yang jemput Puisi gak ikut."

"Yaudah nih ambil helm nya buruan." Suruh Nathan.

Puisi menggeleng lagi, "gak bisa Nathan, tangan Puisi kan lagi sakit." Cemberut nya.

"Terus gimana? Lo mau kita kena razia karena gak pake helm? Atau lo mau gue pesenin taksi aja? Atau lo mau naik...."

"Ish pasangin helm nya ke kepala Puisi!" Potong Puisi dengan nada kesal, "gak peka banget sih jadi cowok!" Dumelnya.

Nathan diam sebentar, ia melirik helm yang ia pegang lalu melirik Puisi, cewek itu memasang muka cemberut tapi ada rasa penuh harapan di sana terlihat oleh Nathan. Nathan menghela napasnya.

"Di rambut lo kayaknya ada ketombe deh." Ucap Nathan tiba-tiba.

Pupil mata Puisi membesar, di lubuk hatinya yang paling dalam ia malu. "Dimana? Aduh malu-maluin banget sih ketombe Puisi ini." Gerutu Puisi ia terus menyisir rambutnya dengan jarinya.

Nathan terkekeh kecil melihat kehebohan Puisi.

"Sini biar gue bantu buang ketombenya." Ujar Nathan.

Membuat Puisi dengan cepat menggeleng, "jangan, Puisi malu. Nanti tangan Nathan kotor."

"Udah sini biar gue bantu ilangin biar cepet berangkat ke sekolahnya, lo mau terlambat? Atau lo mau gue tinggal?"

Puisi menggeleng lagi.

"Yaudah sini deketan kepalanya." Perintah Nathan, dengan ragu Puisi mendekatkan kepalanya pada Nathan.

Nathan tersenyum, lalu ia meletakan helm yang ia pegang sedaritadi ke atas kepala Puisi. Terpasang sempurna helm itu di kepala Puisi. Sebenarnya tidak ada ketombe di rambut Puisi, itu hanya alibinya saja agar bisa memasangkan helm di kepala Puisi lebih mudah.

Deg...

Sepagi ini Nathan sudah buat jantung Puisi lari maraton.

"Buruan naik." Perintah Nathan ia mulai menyalakan mesin motornya.

Hello Jodoh!!! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang