Chapter 5

1K 176 32
                                    

Berkali-kali Kagami menghubungi Kuroko, tak ada satu pun yang dijawab oleh bayangannya itu. Pikiran Kagami tidak akan bisa tenang jika begini. Kini Kagami menunggu Aomine selesai mandi sembari meletakkan baju ganti di kamar tamu.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Segera saja, Kagami membukakan pintu kamar dan melihat Aomine telah selesai mandi. Tanpa menunggu lagi, Kagami mempersilakan pemuda itu untuk masuk. Setelah melihat Aomine membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa sepatah kata pun, Kagami memutuskan untuk keluar mengambil teh yang tadi ia siapkan dan kembali masuk ke kamar Aomine.

"Apa kau sudah makan?" Tanya Kagami sembari meletakkan teh hangat buatannya di nakas sebelah kasur.

"Belum." Jawab Aomine dengan mata terpejam.

Kagami menatap khawatir pria di depannya. "Akan kubuatkan makanan dulu." Ucap Kagami seraya meninggalkan kamar Aomine.

Kagami melihat isi kulkasnya dan memutuskan untuk membuat makanan dengan bahan seadanya meningat hujan tak kunjung reda. Tidak banyak, namun Kagami dapat melihat daging ayam, wortel, kentang, seledri, daun bawang, dan buncis. Tanpa berpikir lagi, Kagami segera membuatkan Aomine sup ayam.

Kurang lebih dua puluh menit waktu yang dibutuhkan Kagami untuk membuat sup ayam. Setelah menyajikannya, Kagami segera membuat teh kembali karena teh yang tadi dia berikan pada Aomine pasti sudah habis. kurang lebih begitu pemikiran Kagami.

Diawali dengan mengetuk pintu, pemuda beralis cabang itu memasuki kamar rivalnya dan meletakkan sup buatannya di atas nakas. Dia melihat teh yang disajikannya tadi masih utuh tak tersentuh.

"Aomine, setidaknya kau harus mengisi perutmu dulu." Ucap Kagami pada Aomine yang sekarang membelakanginya.

Tak dapat dipungkiri bahwa Aomine lapar. Sejak tadi di sekolah dia belum makan sama sekali. Terlebih lagi ia berdiri di depan apartemen Kagami cukup lama. Para pelayan telah berulang kali menawarkan bantuan kepadanya namun ditolak mentah-mentah oleh pemuda itu.

Aomine mendudukkan dirinya dan menatap sup ayam serta dua cangkir teh di atas nakas. Dia merasa badannya sangat tidak sehat. Pandangannya tidak sefokus saat ia berada di sekolah tadi. Kepalanya juga masih pusing.

Sepertinya semua orang tau bahwa saat ini Aomine sedang sakit, hal itu sangat terlihat dari wajah pucat lelaki itu. Tanpa sepatah kata, Kagami menempelkan bahu tangannya ke dahi Aomine dan mendapati suhu pemuda itu sangat panas.

"Astaga, kau sangat panas. Makanlah dulu, aku akan menyiapkan kompres." Ucap Kagami seraya melenggang pergi meninggalkan Aomine yang tersenyum lemah menatap kepergiannya. Bahkan Aomine yang kuat bisa sakit juga.

Aroma dari sup ayam yang masih hangat itu membuat perut Aomine berbunyi. Tanpa menunggu, dia berniat menyantap sup ayam buatan Kagami yang tidak diragukan lagi kelezatannya.

Namun saat mengangkat sup ayam yang hendak ia dituangkan ke piringnya, pandangannya lagi-lagi menjadi kabur. Karena itu, Aomine meletakkan kembali sup ayam dan piring berisi nasi buatan Kagami di atas nakas.

Tak berlangsung lama Kagami kembali dengan membawa kain basah ditangannya. Dirinya lagi-lagi dibuat heran dengan makanannya yang tidak berkurang sedikitpun.

"Kenapa kau tidak memakannya?" Tanya Kagami mengambil kursi yang berada di sebelah nakas lalu mendudukkan dirinya di samping kasur Aomine.

Aomine hanya diam sambil memalingkan muka dari Kagami. Dia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa dirinya sedang sakit saat ini.

Tak mendapat jawaban, Kagami memutuskan untuk menuangkan sup ayam buatannya ke piring yang berisi nasi. Hal yang perlu dilakukan Kagami sekarang adalah membuang semua egonya kepada rivalnya. Dia tak tega melihat wajah Aomine yang pucat seperti itu.

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang