Chapter 11

765 133 13
                                    

Semilir angin malam yang berhembus kencang di balkon kamarnya, membuat tubuhnya menggigil seketika. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada sekedar untuk mencari kehangatan. Matanya tak dapat lepas dari bulan dan bintang yang bertaburan di langit malam. Bibirnya selalu mengukir senyuman kecil yang mungkin tidak dapat dilihat oleh siapapun.

Kenyamanannya terasa seperti direnggut seketika saat ia merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang. Sontak, hal itu membuatnya terkejut hingga membuatnya nyaris berteriak jika saja orang yang memeluknya tak meletakkan telenjuknya di bibirnya.

"Diamlah." Titah orang yang memeluknya.

"Apa yang kau lakukan, Aho?!" Tanyanya kepada orang itu yang ternyata adalah Aomine.

"Menghangatkanmu, Baka." Jawabnya sambil mengeratkan pelukannya pada Kagami.

Kagami yang masih terkejut berusaha untuk menetralkan detak jantungnya yang tak karuan karena makhluk menyebalkan yang sayangnya menjadi pujaan hatinya. Memikirkan hal itu membuatnya mengumpat kesal dalam hati.

"Lepaskan!" Kagami berusaha melepaskan kedua tangan Aomine yang masih melingkar sempurna di perutnya.

"Bukankah kau kedinginan?" Tanya Aomine sembari menatap muka Kagami dari belakang. Semburat merah di kedua pipi Kagami dapat terlihat jelas olehnya. Hal itu membuatnya tersenyum bahagia. Sepertinya menggoda Kagami sudah menjadi hobi Aomine selain membaca koleksi majalah laknat yang ada di atas lemari bajunya.

"Sudah tidak." Jawab Kagami mencoba setenang mungkin.

"Souka." Aomine melepaskan tangannya dari perut six pack milik rivalnya lalu berpindah ke sebelah Kagami dan mulai memandangi langit malam di atasnya.

Sejenak pandangan Kagami seakan terpaku pada pemuda di sebelahnya itu. Netra biru tuanya seakan membius siapapun yang melihatnya. Walaupun sebenarnya ia tak menyukai Aomine dalam beberapa hal, namun tetap saja rasa itu tak bisa hilang.

Setelah akhirnya bisa terlepas dari biusan netra Aomine, Kagami kembali memikirkan usul dari mantan kapten Kiseki no Sedai yang terkenal dengan keabsolutannya.

"Nee.." panggil Kagami yang membuat Aomine menoleh ke arahnya.

"..sampai kapan kau akan terus seperti ini dengan Kuroko?" Tanyanya sambil menatap lurus ke depan.

Aomine mengalihkan pandangannya dan menghela napas berat. Dadanya terasa nyeri kembali mengingat kejadian lalu yang menorehkan luka dalam pada hatinya. Tau akan kelanjutan percakapan ini, Aomine memutuskan untuk memasuki kamar.

"Maksudku, bukankah itu sudah lama? Kenapa kau masih bersikap dingin pada Kuroko? Mungkinkah, kau masih mencintai Momoi-san?" Tanya Kagami beruntun dengan suara yang pelan di akhir kalimat.

Aomine berhenti di tempat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Kagami. Dadanya terasa bergemuruh saat rivalnya menanyakan tentang perasaannya terhadap teman masa kecilnya itu. Bibirnya ingin mengatakan 'tidak', namun ada perasaan mengganjal di dalam dadanya.

"Saat itu kau hanya salah paham, Kuroko tidak mencintainya. Bahkan dia mengatakan pada Momoi-san untuk berhenti menyukainya. Setidaknya, biarkan Kuroko menjelaskan semuanya." Lanjut Kagami.

"Memangnya kau tau apa? Jangan berpikir kau mengetahui segalanya tentangku. Kau hanyalah orang asing yang secara kebetulan masuk ke dalam kehidupanku. Dan kau tidak memiliki hak untuk mengaturku. Ini hidupku, dan jika kau tak suka, silakan pergi dari hidupku." Aomine berjalan masuk ke dalam kamar setelah menjawab pertanyaan Kagami dengan nada rendah, namun sangat dingin.

Tiap kata yang meluncur dari bibir Aomine seakan menghujam dada Kagami hingga membuat pandangannya buram oleh sesuatu yang bernama air mata. Namun dengan cepat ia menghapusnya dan berbalik menatap bintang yang tak henti-hentinya memancarkan cahaya.

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang