Epilog

1K 109 39
                                    

"Ohayou, my sweety Kaga-chan." Ucap Aomine pada kekasihnya di seberang sana.

"Aho! Ada apa pagi-pagi menelepon?" Sahut suara serak di seberang sana.

"Tidak ada, aku hanya merindukanmu." Jawabnya.

Saat ini dirinya sedang berada di depan meja makan dengan secangkir susu dan sepiring nasi goreng yang tadi dibuatnya sendiri.

"Kita baru bertemu kemarin, Aho!" Jawab kekasihnya.

"Ah, aku ingin bertemu denganmu setiap detik." Jawabnya sambil menyeruput susunya.

"Berisik, Aho!" Jawab Kagami yang membuat Aomine terkekeh.

"Bagaimana jika kita tinggal bersama?" Tanyanya.

"Hah?! Tidak!" Jawab Kagami dengan sedikit keras hingga ia harus menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Kau tidak ingin tinggal dengan kekasihmu?" Tanya Aomine, lalu mulai memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Tidak!" Jawab Kagami lagi.

"Kau jahat, Kaga-chan." Balasnya dengan suara yang dibuat-buat.

"Berisik. Jika tak ada yang harus diucapkan lagi, aku akan menutup teleponnya." Ucap suara di seberang sana yang membuatnya cepat-cepat menelan makanan di mulutnya.

"Tunggu, Kaga-chan. Apakah kau sudah sarapan? Kau pulang jam berapa nanti?" Tanyanya.

"Aku baru saja bangun. Dan sepertinya hari ini aku akan pulang sekitar jam enam sore karena latihan basket." Jawab Kagami.

"Baiklah, segera sarapan dan nanti aku akan menjemputmu." Ucapnya lagi.

"Menjemputku? Tapi untuk apa?" Tanya kekasihnya.

"Tentu saja untuk bertemu denganmu, Kaga-chan." Jawabnya.

"Tidak perlu." Tolak kekasihnya dingin.

"Kenapa?" Tanya Aomine kecewa.

"Perjalanan dari sekolahmu ke sekolahku jauh." Jawab suara di seberang sana yang membuatnya terkekeh ringan.

"Kau tidak perlu khawatir, sayang. Jarak tidak bisa menghalangiku untuk bertemu denganmu." Jawabnya lalu kembali memasukkan sesuap nasi goreng.

"Sudah kubilang jangan memanggilku dengan panggilan itu!" Ucap Kagami lalu segera memutus panggilannya.

"Kaga-chan? Halo? Kagami?" Ucapnya lalu mengecek ponselnya.

"Kaga-chan, hidoi!" Ucapnya, lalu beberapa detik kemudian bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Aomine sangat bahagia karena bisa mendapatkan Kagami. Bagaimana tanggapan orang lain nantinya, ia tak peduli. Asal dengan Kagami, hidupnya sudah terasa sempurna. Ia berjanji akan menjaga Kagami dengan nyawanya, dan tidak akan menyakiti kekasihnya itu.

Semua kejadian bersama Kagami membuatnya belajar bahwa kesalah pahaman bisa menyababkan runtuhnya sebuah hubungan. Maka dari itu, bicara jujur adalah solusi terbaik. Dan ia juga belajar bahwa bersikap berlebihan dengan seorang 'teman' hanya akan memberi harapan lebih pada teman itu.

^o^

Dengan ini aku nyatakan bahwa AhoBaka telah selesai (。^▽^)

Makasih banget buat kalian yang udah dukung aku selama ini. Makasih buat vote tiap chapter dan comment-nya. Makasih juga buat para sider yang udah ngebaca cerita ini (^.^)

Semenjak aku nge up cerita ini, yang aku tungguin bukan notif WhatsApp, Telegram, ataupun notif Instagram. Aku cuma nungguin notif Wattpad dari kalian o(^▽^)o

Maaf kalo kalian kurang suka sama cerita ini, aku cuma menuangkan imajinasi di kepalaku ke dalam lembaran putih Wattpad. Maaf juga kalo banyak typo dan kesalahan lainnya di cerita ini ^_~ 

Segini dulu dari aku, ketemu lagi di cerita selanjutnya (kalo ada) ^o^

 ヾ( ̄▽ ̄) Bye~Bye~

18-1-21

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang