Chapter 3

1.2K 183 39
                                    

Seorang pemuda berambut navy dengan hoodie bewarna senada tengah berhenti di pertigaan jalan. Rasa bimbang kembali menyelimuti hatinya. Jika ia berbelok ke arah kanan, artinya dia akan sampai pada rumahnya. Namun jika ia berbelok ke kiri, maka ia akan sampai di Navy's Cafe.

Memilih untuk tidak peduli, akhirnya pemuda itu berbelok ke kanan menuju rumahnya. Namun baru beberapa langkah, pemuda itu berbalik arah. Sungguh, kakinya mengkhianati otaknya.

Pemuda bernama Aomine tersebut langsung memasuki cafe yang dimaksud dan mencari tempat duduk yang kosong. Setelah medudukkan diri, matanya menyusuri setiap sudut cafe untuk mencari orang yang mengiriminya pesan itu.

"Selamat sore, Tuan. Anda mau pesan apa?" Tanya pelayan yang memaksa Aomine menyudahi kegiatannya barusan.

"Vanilla latte saja." Jawab Aomine sembarangan.

"Baiklah Tuan, mohon tunggu sebentar." Pelayan itu pun pergi.

Aomine menghela napas. Hujan kembali mengguyur kota yang indah itu. Untungnya saja dia membawa payungnya mengingat kejadian kemarin saat di Maji Burger. Aomine telah belajar dari kesalahan.

Ngomong-ngomong soal kejadian kemarin, bayangan Kagami terlintas di pikiran Aomine. Secara tidak sadar, pemuda berambut navy itu menyunggingkan senyuman simpul. Entah mengapa mengingat kejadian kemarin membuatnya tak bisa berhenti tersenyum.

'Mungkin nanti aku akan mampir ke rumahnya dulu.' Ucap Aomine dalam hati.

Dua puluh menit telah berlalu namun orang yang mengiriminya pesan tak kunjung datang juga. Vanilla latte milik Aomine juga telah habis dan pemuda itu memutuskan untuk pulang.

Baru saja ia akan berdiri, seorang gadis dengan baju putih memasuki cafe dengan tergesa-gesa dan segera mendudukkan diri di depannya. Gadis itu menggunakan tas sebagai pelindung kepalanya agar tidak kehujanan.

"Maaf aku terlambat!" ucap gadis itu seraya mengeringkan rambutnya yang basah karena hujan.

Tak ada jawaban dari pemuda di depannya membuat gadis itu menatapnya sambil tersenyum.

"Masih ingat aku, Dai-chan?"

Aomine hanya diam lalu melepas hoodie yang dipakainya dan menyerahkannya ke gadis berambut gulali itu. Gadis itu hanya menatap hoodie yang diberikan Aomine dengan bingung.

"Kau ingin menggoda para pria dengan pakaian dalam yang terlihat jelas seperti itu?" Tanya Aomine sambil memalingkan muka ke arah lain.

Gadis itu pun melihat keadaan tubuhnya sendiri dan rasa panas mulai menjalari wajahnya. Segera saja, ia mengambil hoodie Aomine dan melesat ke arah toilet.

"Kenapa kau kembali, Satsuki?" Gumam Aomine lirih.

Lima menit berlalu, gadis berambut pink tersebut kembali dengan menggunakan hoodie milik Aomine yang terlihat kebesaran.

"Terimakasih hoodienya." Ucap gadis itu.

"Ada apa?" Tanya Aomine to the poin.

"Apakah itu caramu menyambut kekasihmu yang baru pulang dari luar negeri?" Gadis yang bernama Momoi Satsuki itu malah bertanya balik sambil mengerucutkan bibirnya.

"Sejak kapan kita menjadi kekasih?" Aomine mengerutkan dahinya bingung.

"Kau lupa? Kita resmi menjadi kekasih sejak kelas tiga SMP!" Protes Momoi tak terima.

"Benarkah? Bukankah kekasihmumu itu Tetsu?"

Mendengar ucapan Aomine, muka gadis itu berubah sendu. Momoi menundukkan kepalanya. Hening. Tak ada satupun dari mereka berdua yang membuka suara.

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang