Chapter 13

718 122 9
                                    

"Aomine-cchi, tunggu!" Ucap Kise sambil memegangi kedua lututnya.

"Kau lambat sekali." Jawab Aomine, lalu langsung menghampiri Kise yang berada di belakangnya.

"Kau yang terlalu cepat-ssu!"

Tanpa menjawab lagi, Aomine segera menarik tangan Kise menuju salah satu bangku panjang yang ada di dekat mereka.

"Tunggu di sini." Ucap Aomine lalu pergi meninggalkan Kise yang masih berusaha mengatur napasnya.

"Aku haus-ssu." Keluhnya kepada angin yang berhembus pelan.

"Kenapa aku malah ditinggal sendiri-ssu!" Lanjutnya dengan muka tak terima.

Beberapa saat kemudian, Aomine kembali dengan membawa satu minuman soda dan satu teh hangat. Pemuda itu memberikan teh hangat yang ada di tangan kanannya pada Kise.

"Kenapa kau membelikanku teh hangat, Aomine-cchi? Aku ingin minuman dinggin-ssu!" Rengek Kise sambil menatap teh hangat yang sekarang ada di genggamannya.

Aomine mendudukkan diri di samping Kise lalu meneguk minuman sodanya. Matanya tak sengaja menatap sesosok pemuda bersurai merah sedang duduk seorang diri di salah satu bangku yang serupa dengan bangku yang sedang ia duduki sekarang ini. Matanya terus menatap ke bawah. Dan sepertinya ia tak menyadari tatapan dari Aomine karena jarak mereka berdua yang lumayan jauh.

"Aomine-cchi!" Protes Kise lagi karena pertanyaannya tadi tidak dijawab.

Sadar kembali, Aomine mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau itu sedang sakit, kan?" Ucap Aomine untuk menanggapi pertanyaan Kise barusan.

"Sakit? Tidak, Aomine-cchi, aku tidak sakit-ssu!" Sangkal Kise lalu meletakkan teh hangat tadi di sampingnya.

"Kebohongan tidak akan mempan terhadapku." Jawab Aomine.

"Tapi aku tidak berbohong!" Ucap Kise lagi dengan memanyunkan bibirnya.

"Kau bohong." Ucap Aomine datar.

"Tidak!" Sangkal Kise.

Mendengar hal itu, Aomine menghela napas pasrah kemudian meletakkan minumannya. Dengan tiba-tiba, ia menarik tangan Kise mendekat ke arahnya yang menyebabkan jarak mereka hanya terpaut beberapa senti. Tangan kanan Aomine yang bebas mencoba untuk menyentuh dada sebelah kiri pemuda yang masih terkejut dengan perlakuannya barusan.

"Di sini, jantungmu berdetak lebih cepat. Dan dari jarak sedekat ini, aku bisa merasakan napasmu yang tidak beraturan. Kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku, Kise Ryouta." Aomine berkata dengan nada rendah dan volume pelan, lalu perlahan melepaskan cengkramannya pada tangan Kise dan kembali meneguk minuman sodanya.

Kise yang masih terkejut hanya bisa mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya ia sadar sepenuhnya. Ia menundukkan kepalanya agar pemuda di sebelahnya tidak melihat rona merah yang menghiasi wajah tampannya.

"Sejak kapan?" Tanya Aomine setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Tadi pagi. Sepertinya aku tidak sengaja memakan udang saat makan malam kemarin." Jawab Kise jujur. Toh sekarang bohong tak ada gunanya lagi. Pemuda yang diam-diam menjadi pujaan hatinya itu telah membuatnya tak bisa berpikir jernih lagi.

"Lalu, sejak kapan kau menyadarinya?" Tanya Kise kemudian karena tak ada sautan dari Aomine.

"Sejak kau mengajakku berfoto tadi." Jawab Aomine dengan tampang tak peduli.

Kise hanya tersenyum kecut mendengar jawaban dari pemuda berkulit tan itu. Ia menghela napas panjang dan meminum teh hangat yang sedari tadi ia diamkan.

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang