Chapter 10

804 138 3
                                    

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya seorang pria bersurai merah cerah. Angin malam membelai tubuhnya di taman hotel yang tak jauh dari kamarnya. Hal itu membuat ia memasukkan tangan ke dalam saku coat yang ia kenakan, guna mencari kehangatan.

"Kau pasti tau bahwa Aomine dan Kuroko.." Ucapan seorang Ace dari Seirin itu menggantung di udara. Ia berusaha mencari kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kedua temannya saat ini.

"Ya. Lalu apa?" Pemuda dengan surai merah cerah yang bernama Akashi itu menatap tajam ke lawan bicaranya.

"Kau ingin mereka berkelahi dengan membuat mereka berada pada satu kamar?" Lanjutnya dengan nada sinis.

"Justru aku ingin membuat mereka berbaikan, Akashi." Ucap pemuda bersurai merah gelap yang bernama Kagami dengan kepala tertunduk.

"Tak semudah it-"

"Tapi aku ingin mencoba." Ucapnya dengan nada lemah. Matanya menatap dalam pada rumput-rumput yang bergoyang karena tertiup oleh angin malam.

Hening. Tak ada seorang pun dari mereka yang membuka suara. Ditambah lagi, hanya ada mereka berdua di taman itu.

Akashi menatap Kagami datar. Dia merasa kurang setuju dengan rencana Kagami yang menurutnya bisa saja membuat hubungan mantan cahaya dan bayangan itu semakin memburuk. Kedua netra berbeda miliknya terpejam. Ia ingin berpikir terlebih dahulu.

"Apa kau ingin melihat mereka berdua mengabaikan satu sama lain setiap waktu?" Akhirnya Kagami membuka pembicaraan.

"Lalu bagaimana caramu agar mereka berbaikan?" Tanya Akashi mulai membuka mata. Dia pikir, tak ada salahnya mencoba.

"Aku masih tidak tau."

Helaan napas terdengar dari keduanya. Keadaan kembali hening karena mereka sibuk memikirkan cara untuk membuat Aomine dan Kuroko berbaikan.

"Bagaimana jika membiarkan mereka berdua tidur satu ranjang?" Tanya Kagami setelah sekian lamanya. Usulan itu sontak membuat Akashi memberikan deatglare nya kepada Kagami.

"Tidak ada yang boleh tidur dengan Tetsuya selain diriku." Jawab Akashi dingin.

"Sudah kuduga kau memang menyukainya." Ucap Kagami sambil menghela napas.

"Jika kau tau lebih baik tidak usah merencanakan sesuatu yang tidak-tidak." Kecam Akashi.

"Hai' hai'." Jawab Kagami malas.

"Lalu bagaimana?" Tanya Akashi kemudian.

"Bagaimana jika kau membantu mereka berbicara?" Usul Kagami.

"Kenapa aku?" Tanya Akashi tak terima.

"Hey, kau ini mantan kapten dari mereka berdua. Sudah seharusnya kau membantu mereka untuk berbaikan." Kagami menatap Akashi dengan tatapan tak percaya. Dalam benaknya ia berpikir jika Akashi akan langsung mengiyakan usulannya.

"Kau saja."

"Hah?! Kenapa aku?" Kini giliran Kagami yang tak terima.

Helaan napas kembali terdengar dari Akashi. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap jutaan bintang yang bertaburan di langit.

"Mereka berdua lebih dekat denganmu daripada denganku." Jawab Akashi sambil menatap Kagami. Kemudian dia berbalik dan berjalan meninggalkan Kagami sendiri yang masih bergelut dalam pikirannya.

^o^

Suasana di ruang makan telah sepi. Beberapa anggota Kiseki no Sedai memutuskan kembali ke kamarnya mengingat sekarang malam sudah semakin larut. Kini tinggal pemuda bersurai biru tua dan gadis bersurai merah muda yang sedang sibuk memakan dessert masing-masing.

Merasa saat ini merupakan waktu yang tepat, pemuda tadi yang bernama Aomine meletakkan sendoknya dan membersihkan bibirnya dengan tisu.

"Satsuki." Panggil Aomine yang dapat didengar oleh gadis bernama Satsuki itu karena jarak mereka yang tidak terlalu jauh.

"Hm?" Tanya Satsuki -atau lebih dikenal dengan Momoi- dengan mulut penuh kue.

"Maaf." Ucap Aomine sambil menatap piring miliknya yang berisi dessert.

Mendengar ucapan Aomine, mata Momoi mengerjap beberapa kali. Sendok yang tadi ia gunakan masih berada di mulutnya. Dia terlalu terkejut dengan permintaan maaf yang tiba-tiba itu.

"Eh? Untuk apa?" Tanyanya keheranan.

"Kejadian lalu saat berada di rumahku." Jawab Aomine kemudian.

Momoi melepaskan sendok dari mulutnya seraya meletakkan jari telunjuknya di dagu mulusnya, tanda ia sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Oh, soal itu. Tidak apa-apa, aku tidak marah padamu." Ucapnya kemudian sambil tersenyum manis.

"Terimakasih." Tanpa sadar, Aomine juga menyunggingkan sebuah senyuman lembut.

Karena dirasa sudah cukup, Aomine meninggalkan restaurant dan kembali ke kamar Kise untuk mengemasi barang-barang miliknya dan memindahkannya di kamar Kagami.

^o^

Haii~

Minna, aku masih bingung sama karakter Momoi untuk kelanjutannya. Jadi, mungkin bagian Momoi gak akan ada di chapter berikutnya, gomennasai (T_T)

Tinggalkan jejak, ya!

AhoBakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang