Introducing: Javier Bagaspati

232 16 0
                                    

Manusia punya alasan tersendiri dalam menentukan jalan hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia punya alasan tersendiri dalam menentukan jalan hidupnya. Benar atau salah, semua tergantung penilaian masing-masing. Begitu juga dengan Javier Bagaspati, dia punya alasan kenapa enggak pernah pacaran awet dan selalu gonta-ganti pasangan. Kalau alasan klise-nya, belum nemu yang cocok aja. Tapi Rija selalu bilang, "bukan belum nemu yang cocok, elo-nya aja yang brengsek." Ocehan itu cuma bisa ditanggapi Javier dengan tawa renyah. Perkara siapa yang benar atau salah, nggak ada yang tau. Karena setiap manusia selalu punya sifat merasa benar, setidaknya ada secuil dalam diri masing-masing.

Bulan September atau bulan lainnya yang berakhiran dengan kata ber selalu jadi kebencian Javier. Alasannya satu, musim hujan. Javier paling anti hujan. Bukan karena hujan identik dengan sedih sendu, melainkan karena suara hujan berisik. Javier juga enggak bisa melalang buana ke sana-ke mari kalau hujan. Yang paling ngeselin itu pas lagi berantem sama pacar tapi enggak bisa ketemuan untuk menyelesaikan masalah.

"Kenapa lagi sih, Shel?" Mendesah frustasi, cowok itu nyaris membanting ponsel andai saja ponselnya bukan iphone keluaran terbaru tahun ini.

"Kamu mau apa sekarang, Vier? Aku capek tau nggak!" jawab gadis di seberang telepon. Nada bicaranya merengek manja, tapi bikin kesal setengah mati.

Emang yang capek lo doang? Begitu jawab Javier dalam hati. Andai benar-benar menyuarakan isi hatinya, bisa dipastikan ada perang dunia ketiga antara dirinya dan Shella. "Sayang, aku minta maaf ya kalau sikap aku nyakitin kamu. Jangan marah lagi dong cantiknya aku."

"Udahlah, Vier, aku bosen sama permintaan maaf kamu. Kerjaannya maaf maaf mulu, tapi nggak berubah tuh sampai sekarang!"

Demi seribu kepiting yang jalannya miring, Javier kehabisan akal dan tak tau harus berbuat apa lagi. Shella, gadis manis yang dipacarinya tiga bulan lalu tiba-tiba berubah jadi singa. Entah Javier yang egois, atau Shella yang terlalu mengatur? Gadis itu selalu marah pada hal-hal kecil yang Javier kerjakan. Main game selama dua belas jam atau makan bakso dengan perempuan lain, misalnya.

"Javier, kamu kok-"

Belum selesai pacarnya bicara, Javier memotong begitu saja. Cukup jengah diomeli sejak satu jam yang lalu. "Shel, kamu bahagia nggak sama aku?"

"Hah?"

"Jawab aja, bahagia apa enggak?"

"Enggak."

Semua pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya terjawab. Untuk apa selama tiga bulan bersama-sama kalau yang bahagia hanya sepihak saja? Javier tersenyum miris, lagi-lagi gagal dalam percintaan. Kadang dia iri dengan hubungan orang lain yang bisa mencapai hitungan tahun. Kapan coba seorang Javier Bagaspati bisa pacaran tujuh tahun seperti Haekal teman kampusnya?

"Maaf, Shel."

"Maksud kamu apa?" Shella di seberang telepon terdengar cemas, mungkin mulai mengerti ke mana arah pembicaraan sang kekasih.

Rumah Ke Rumah | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang