Part 9

4.5K 336 11
                                    

Masih dalam mode bingungnya Alula menatap Nanar secara bergantian orang-orang yang berada di kamar itu, terakhir pandangannya ke arah Papanya meminta penjelasan, belum lagi dengan keadaannya yang masih berbalut bathrobe dan selimut menambah ketegangannya.

"Ada yang mau di Omongin Om Radit sama kamu Nak," ucap Nalendra melihat kebingungan putrinya.

Radit pun menghampiri Alula dan berjongkok di hadapan Alula yang duduk di tepi ranjang.

"Maaf..." hanya satu kata itu yang keluar dari mulut seorang Radit Arkana Brawijaya.

Entah mengapa tiba-tiba saja Radit merasa gugup di hadapan Alula, seolah lidahnya terasa keluh mengucapkan sepatah kata.

"Maaf apa ya Om?" gumam Alula.

"Alula, Om tau ini salah dan semakin menyakiti hati kamu, tapi Om benar-benar membutuhkan bantuan kamu!"

"Maksud Om apa sih?"

"Maukah kamu menikah dengan Om sekarang?"

"What??? pekik Alula melototkan matanya terkejut.

"Iya Alula, kamu mau?" tanya Radit lagi menahan malunya.

"Om Mabuk?"

mereka yang mendengarnya menahan tawa karena merasa lucu melihat ekspresi Alula di tambah lagi mengira jika Radit mabuk.

"Tidak Lula, Om sadar seratus persen gak mabuk."

"Terus Om ngigau?"

Radit benar-bener gemesh di buatnya seandainya saja dia hanya berdua dengan Alula, sudah dia pastikan akan mencubit pipi Alula.

"Alula Om serius, waktunya sudah tidak banyak lagi, sudah banyak tamu yang menunggu di bawah.

"Terus apa hubungannya denganku?"

"Kamu mau menikah sama Om?" ulang Radit.

"Bukannya hari ini Om mau menikah sama tante Cicil?" tanya Alula heran.

Radit pun menjelaskan semuanya ke Alula yang membuat Alula melongo dengan wajah cengonya.

"Enak aja, emang aku ban serep apa?" ucap Alula Refleks lupa kalau di kamar ini ada banyak orang.

"Sayang! language," tegur Nalendra.

Lagi-lagi Ibu Radit mengeluarkan jurus andalannya, dia lalu menyuruh Radit untuk berdiri dan bersimpuh menggantikan Radit dengan Air matanya yang sudah berlinang.

"Kami tahu Nak, keputusan kami ini salah dan kami sekeluarga meminta maaf, hanya kamu yang bisa menyelamatkan Aib keluarga kami Nak, Ibu mohon bantu lah kami."

"Jadi kalian hanya menjadikan aku peran pengganti mempelai wanita, apa kalian tidak memikirkan perasaanku, Pernikahan itu bukan permainan, pernikahan itu penyatuan dua manusia yang bisa saling menerima, yang saling melengkapi satu sama lain, pernikahan itu sakral, semudah itu kalian menyuruh aku menggantikan tante Cicil?"

"Apa pernah kalian berpikir bagaimana nantinya kehidupan kami setelah pernikahan ini, apa kami mampu melewatinya sedang diantara kami ti---" ucapan Alula terputus karena tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya membuat semua orang yang berada di kamar itu merasa tertohok mendengarnya karena semua yang dikatakan Alula itu benar.

"Maafkan kami yang egois ini Nak, demi kepentingan keluarga kami, kami mengorbankan kamu, maafkan kami, tapi hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluarga kami," pinta Bu Cahya yang sudah bersujud di kaki Alula.

Alula yang melihat itu Reflek berdiri dari duduknya meraih pundak Bu Cahya dan menyuruhnya berdiri.

"Bu, jangan seperti ini, Bu.. please, Lula mohon Ibu berdiri ya," Bujuk Alula.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang