Part 5

4.5K 324 26
                                    

Suasana yang cukup canggung buat Alula, lesehan tempat mereka duduk berbatasan dengan lesehan tempat Radit dan Cisyil duduk, hanya di batasi oleh pembatas berbentuk pagar kecil.

Ditambah lagi dengan suara teriakan Amel yang mengundang perhatian oleh para pengunjung, dirinya tidak bisa menghindar lagi, terpaksa Alula berpura-pura tidak melihat keberadaan Radit.

"Alula ..!!" panggil Radit.

Alula seolah menulikan telinganya tidak menghiraukan panggilan tersebut dengan berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Aiiihh ... mampus," batin Alula.

"Hei Lula di panggilin sama Om yang kemarin," tegur Satya yang tidak mengerti sikon.

"Ini lagi pake negur," batin Alula.

"Alula ... !!" Panggil Radit sekali lagi.

Mau tidak mau terpaksa Alula menolehkan kepalanya ke arah Radit.

"Eh .. Om Radit disini juga?" basa basinya yang emang basi habis. mencoba bersikap biasa saja seolah tidak terjadi sesuatu pada hatinya.

"Kalian gabung aja kesini, bolehkan sayang?" tanya Radit meminta izin kepada Cisyil.

Karena melihat raut wajah Cisyil yang tidak ikhlas Alula pun menolaknya secara halus.

"Nggak usah Om kita disini aja, soalnya kita-kita ini rusuh nanti mengganggu," timpal Alula.

"Ya ampuun Lula, benar deh mereka sepasang kekasih, apa kabar dengan hatimu La" bisik Amel.

"Kabarnya B aja," jawab Alula singkat.

"Bohong."

"Terserah, Noh menunya silahkan di pesan," ucap Alula menghindari tatapan penasaran Amel.

Satya dan Dirga yang tidak mengerti apa-apa hanya bengong melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Apaan sih kalian bisik-bisik, tega ya gak bagi-bagi," celetuk Satya.

"Satya sayaaaaang, silahkan mau pesan apa tuh menunya gak usah kepoin urusan cewek," tangkas Alula.

"Kamu bolos?" tanya Radit.

"Yeii siapa yang bolos, kita kan udah selesai ujian tinggal menunggu pengumuman," Sela Alula.

"Ngapain kesini nggak langsung pulang?" kesal Radit mendengar Alula mengucap sayang kepada Satya.

"Salah ya Om kalau kita disini, lagian ini tempat umum kan? siapa saja boleh kesini, cacing di perut udah pada demo juga," ketus Alula kesal.

"Kalau begitu kamu pindah kesini." pungkas Radit.

"Ngapain, jadi obat nyamuk Om?" ketus Alula lagi.

Radit sudah tidak berkutik lagi, benar juga pikirnya, ngapain juga dia memanggil Alula pindah ketempatnya.

Amel yang mendengarnya sontak tertawa ngakak, karena merasa lucu melihat perdebatan Radit dan Alula.

"La.. kalau kamu jadi obat nyamuknya biar deh kita-kita yang jadi asapnya," ucap Amel tertawa.

Cisyil hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Radit, Alula dan Amel, terbersit rasa ingin tahu di hatinya mengapa Radit begitu akrab dengan remaja yang berada di samping mereka.

"Sepertinya kamu akrab dengan mereka Mas, terutama gadis itu," bisik Cisyil menunjuk ke arah Alula.

Dia putri atasan Mas di kantor, kamu uda lupa ya? dia itu Alula yang sering kamu isengin dulu waktu kamu pertama kali ke kantor mencari aku. bahkan dulu kamu pernah nyulik dia ke Mall membuat Mamanya hampir jantungan," tutur Radit.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang