Part 30

6.5K 372 24
                                    

Waktu terus bergulir hingga kandungan Alula menginjak 9 bulan, Radit yang semakin protektif kadang membuat Alula pusing sendiri, tapi di balik itu Alula sangat bersyukur memiliki Radit di hidupnya, lelaki yang dewasa lelaki penuh tanggung jawab lelaki yang sangat mencintainya, belum lagi dengan kedua mertua dan ipar-iparnya yang sangat menyayanginya.

Dan tepatnya hari ini Alula akan berjuang demi melahirkan si buah hati, di ruang rawat tempatnya sekarang sudah ramai oleh keluarga besarnya kedua mertuanya dan juga Iparnya, kehadiran kedua orang tuanya, Opa Chandra dan Oma Huriyah dan suaminya sendiri yang senang tiasa disisinya.

Bulir-bulir keringat kini berjatuhan di pelipis Alula menahan rasa sakitnya, wajah khawatir tidak lepas dari raut wajah suaminya sedang proses melahirkan masih cukup lama karena baru pembukaan lima.

Sedang Alzhea? dirinya mungkin harus mempersiapkan tenaga ekstra karena disamping mengawasi perkembangan putrinya dia juga harus profesional dengan pekerjaannya, hari dimana putrinya akan berjuang di hari itu juga Alzhea memiliki banyak pasien dan beberapa diantaranya juga yang akan melahirkan di hari itu membuatnya kewalahan, karna rekan dokter seprofesinya sedang seminar.

"Sakit Mas.. Aku sudah tidak tahan lagi," keluh Alula yang mencengkram tangan suaminya.

"Iya sayang kamu yang sabar ya," ucap Radit mencium kening istrinya, tangannya tidak pernah lepas mengelus perut buncit istrinya.

Nalendra yang baru saja masuk ke ruangan itu menghampiri putrinya yang sedang kesakitan, mengingat bagaimana dulu Alzhea melahirkan putra dan putrinya Alfa dan Zena.

"Kamu tahan dulu Nak, Mamamu lagi di ruang oprasi," ujarnya.

Tidak lama kemudia Alzhea masuk ke ruang rawat diikuti beberapa perawat di belakangnya, tampak buliran keringat mengalir di pelipisnya dengan wajah lelahnya tersenyum menyapa semua keluarganya.

"Mama periksa sayang, kamu berbaring dulu," perintahnya membantu putrinya untuk berbaring.

"Alhamdulillah sudah pembukaan sembilan, tolong Sus di bantu kita pindahkan ke ruang persalainan," instruksinya.

"Sayang kamu jangan ngejan sebelum Mama menyuruh kamu ya," pesannya ke Alula.

Kini Alula sudah berbaring menunggu pembukaan sepuluh di ruang persalinan, tak henti-hentinya Radit merapalkan doa-doa untuk isteri dan calon anaknya, dan juga memberikan semangat sementara dia sendiri merasa takut dan khawatir.

Alula menatap ke arah sang Mama yang juga tidak henti-hentinya menyemangatinya memberikannya kekuatan, tersirat jelas kelelahan di wajah Mamanya membuatnya bersedih.

"Maafkan Alula Mah, sepertinya engkau kelelahan" batinnya dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

Bukan karena sakit yang di perutnya membuatnya menangis tapi dia yang tidak lahir dari rahim Mamanya melihat betapa besarnya kasih sayang Mamanya untuknya, yang rela mengorbankan segalanya untuknya, cintanya, yang tidak bisa dia ukur dengan apapun.

"Sayang jangan nangis ya, kamu harus kuat sayang demi bayi kamu, Mama tau rasanya kesakitan kamu."

"Maafkan Alula Mah.."

"Sayang udah ya.. jika kamu begini Mama jadi down liatnya Nak, siapkan tenaga kamu ya sayang.. setelah ini insya Allah kesakitan itu akan hilang digantikan dengan rasa haru dan bahagia.

Lagi-lagi kontraksi itu mendorong Alula untuk mengejan.

"Sayang tahan ya.. jangan mengejan dulu, sebelum Mama suruh ya."

"Aku gak tahan Mah.."

"Kamu harus kuat sayang demi anak kamu demi cucu Mama."

"Kita siap-siap Sus, pembukaannya sudah lengkap," instruksinya lagi.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang