Part 17

4.8K 334 39
                                    

Perjalanan dari Yogya ke Bandung terasa sangat jauh bagi Alula, Air matanya tak kunjung juga berhenti menetes, meski dari awal dia menyadari akan seperti ini dan mencoba untuk mempersiapkan hatinya tetap saja Alula tidak mampu rasanya sangat menyakitkan sekali.

Tiba di rumah, Alula langsung saja masuk ke dalam kamarnya merebahkan tubuhnya di atas pembaringan, janda muda? kata itulah yang Alula sematkan untuk dirinya saat ini.

Malam ini Alula tidak bisa memejamkan matanya, dia menatap lekat bantal yang berada disisinya, kembali bulir-bulir bening itu menetes membasahi pipinya, tangannya mengelus lembut bantal yang di gunakan Radit selama ini di sampingnya.

Ya mulai malam ini Alula kembali tidur sendirian tanpa Radit di sampingnya, meski ia tahu Radit tidak mencintainya Alula sempat merasakan bahagia bisa sedekat itu dengan Radit, mandi bersama, tidur bersama, dan bercanda.

Namun Alula bersyukur walau hanya sesingkat itu dirinya sudah pernah memiliki Radit mesti tidak dengan hatinya.

"Tidurlah dalam lelapmu Alula, lupakan sejenak letih hatimu," gumamnya menutup kedua matanya menjumput mimpi.

Pagi yang indah untuk jiwa yang letih, perlahan bias cahaya menampakkan sinarnya dengan malu-malu, di sebuah taman yang tidak jauh dari rumahnya Alula berlari kecil dengan kedua earphone yang melekat di teliganya.

Keringat mengucur membasahi pelipis di wajahnya yang sendu, tanpa peduli akan lelahnya Alula terus berlari menghilangkan kepenatan dihatinya.

"Aaaaccchh..." pekiknya ketika dirinya sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya yang kelelahan dan terjatuh.

Bukan sakit di tubuhnya yang membuatnya menangis tapi luka yang masih saja membekas di hatinya yang membuat air mata itu berderai.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria yang menghampirinya.

"Iiy  .. iya  .. aku tidak apa-apa?" jawab Alula yang sudah menangis.

"Ada yang terluka? biar aku lihat dulu."

"Hatiku yang terluka," batin Alula.

"Gak apa kok, sepertinya tidak ada yang luka," sela Alula berusaha berdiri.

"Biar aku bantu."

"Gak usah, Pak! cuman luka kecil aja," tunjuk Alula di sikunya.

"Kalau hanya luka kecil terus kenapa kamu menangis?" tanya lelaki itu heran.

Alula hanya diam tidak menanggapinya, Alula segera berdiri dan berterima kasih kepada pria itu.

"Maaf aku permisi dulu, makasih ya!" pamit Alula berlalu.

"Heii .. bolehkah kita kenalan dulu?" teriak lelaki itu.

Alula pun menghentikan langkahnya dan berbalik, "Aku Alula."

"Aku Hilman Bagaskara panggil Ilman saja," ucapnya menghampiri Alula.

"Aku baru di kota ini pindahan dari Jakarta, dan tinggal di sekitaran kompleks sini." terangnya lagi.

"Kalua aku tinggalnya di samping Rumah sakit," balas Alula.

"Oh ya, jangan-jangan kita tetanggaan."

Alula hanya menanggapinya dengan senyum, "Maaf aku permisi dulu ya!"

"Oke, hati-hati nanti jatuh lagi."

Alula kembali melangkahkan kakinya pulang ke rumah membawa luka nyeri di siku lengannya.

Sedang di kediaman Brawijaya tepatnya di Yogyakarta, Radit yang sudah rapi dengan style santainya melangkah keluar dari kamarnya turun kebawah berkumpul dengan sebagian keluarga besarnya yang masih tinggal.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang