Part 18

4.9K 342 21
                                    

Pricil sungguh merutuki kebodohannya saat ini, mengira rencananya sudah rapi tapi dia tidak tahu kalau dokter yang menanganinya dulu adalah sahabat Radit, pikirnya Cisyil sudah tahu banyak tentang Radit tapi semuanya salah, bahkan dia sudah membayar mahal sesorang untuk membantunya membuatkan surat keterangan hamil dari salah satu rumah sakit di Paris.

"Kamu tau berapa banyak aku mencintai kamu?" tanya Radit mulai membuka pembicaraan.

"Iya Mas."

"Dan kamu manfaatkan itu?"

"Tidak Mas, karena aku pun sangat mencintai kamu," bantah Cisyil.

"Kalau kamu mencintai aku lalu mengapa kamu tega melakukan ini sama aku Cil, salah aku sama kamu apa? bahkan semua kemauan kamu aku turuti," berang Radit.

"Maass..! tolong maafin, aku khilaf Mas."

"Khilaf kamu bilang?"

"Apa sih maksud pembicaraan kalian berdua?" timpal Bu Cahya mengerutkan keningnya bingung.

"Ibu diam aja dulu, kita dengar dulu apa yang mereka bicarakan," ujar Brawijaya menenangkan isterinya.

"Cil, apa kamu lupa? sudah tiga kali aku menyampaikan itikad baikku untuk menikahi kamu membina rumah tangga yang bahagia tapi kamu selalu menolaknya dengan alasan kariermu, dan selama itu pula aku memberikan kamu keleluasaan, mengijinkan kamu, menunggumu sampai usiaku menua dengan setia aku terus menungguimu Cil," erang Radit menahan emosi.

"Tapi kenapa kamu melakukan ini, bilang sama aku anak siapa yang kamu aborsi beberapa bulan yang lalu?" tekan Radit.

"Apaa? Aborsiii?" Kaget Bu Cahya dan semua keluarganya.

"Tenang dulu kita dengar kan dulu," ucap Brawijaya menenangkan.

"Itu anak kamu Mas, sumpah demi Tuhan aku tidak pernah sekalipun menghkianati kamu, dan janin enam minggu itu adalah anak kamu."

"Astaghfirullah," gumam mereka semua.

"Mengapa Cil? mengapa? apa salah anak itu, mengapa kamu tidak pernah memberi tahu aku tentang kehamilan kamu hah?" bentak Radit.

"Karena aku masih mengejar karierku Mas, aku tidak ingin kehamilanku menggagalkan semuanya sementara aku sudah menandatangani kontrak untuk satu tahun kedepan, dan maaf jika membohongi kamu kalau hanya enam bulan."

"Astaghfirullah Mass, ternyata kamu menghamburkan benihmu tanpa ikatan pernikahan?" apakah kamu tidak takut dengan dosa Mas?" sentak Raisya yang sudah menangis.

"Dan kamu Cil wanita macam apa kamu hah, rela membunuh darah dagingmu sendiri hanya demi karier? kalian itu sudah melakukan kemaksiatan dan kamu menambah dosa kamu lagi dengan membunuh janinmu?" teriak Raisya yang sudah emosi.

Kini Bu Cahya hanya bisa memegang dadanya menangis.

"Maafkan Aku.." mohon Cisyil.

"Setelah kamu membunuh anakku kamu begitu tega mempermalukan aku dengan keluarga besarku di hari pernikahan kita, dan disaat aku sudah bahagia membuka hati untuk orang lain lagi-lagi kamu datang menghancurkannya dengan kehamilan palsumu, kamu manusia bukan sih," murka Radit.

"Apa? hamil Palsu? Apa lagi ini Ya Allah." jerit Bu Cahya.

"Bukan hanya aku dan keluargaku saja yang kamu sakiti Cil, tapi juga kedua mantan mertuaku terlebih lagi mantan isteriku yang tidak tau apa-apa, yang di jadikan korban karena kekacauan yang kamu buat, dan kamu dengan seenak hati menghacurkan semuanya, Puas kamu hah? Puass? " tunjuk  Radit garang ke arah Cisyil.

Ciyil segera meninggalkan tempat duduknya dan menjatuhkan tubuhnya memeluk kedua kaki Radit memohon.

"Ampun Maas, ampuuunn.. aku minta maaf Mas, aku khilaf aku melakukan semua itu karna aku sangat mencintai kamu, dan aku tau kamu juga masih sangat mencintai aku Mas."

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang