Part 32

12.9K 453 61
                                    

Tepat pukul 03:30 dini hari Radit dan Alula juga bayinya sudah berada di Bandara, tidak henti-hentinya Alula menggerutui suaminya yang membuatnya kesal setengah mati.

Pasalnya Radit bilang kalau keberangkatannya pukul 8 pagi, kok ini masih dini hari udah di Bandara itu pun pesawatnya flight pukul 4:30. untungnya baby Aya anteng di strollernya.

"Tuh kan Mas, kasian sama anaknya kenapa gak sekalian pagi aja sih."

"Maaf sayang, semalam Mas ngantuk booking ticketnya," balas Radit enteng tidak merasa bersalah.

Sampai mereka mendarat di Bandara Adi sucipto wajah Alula masih terlihat kesal melihat suaminya.

"Kenapa tuh muka di tekuk," tegur Rafi yang menjemput mereka di Bandara.

"Tau tuh Mas Radit semenjak anaknya lahir ngeselin mulu kerjaannya, bikin sumpek tiap hari," gerutu Alula.

"Wajarlah, dimaklumi aja orang uda tuwir gitu baru punya anak," balas Rafi meledek.

Ingin rasanya Alula terbahak tapi nggak enak juga kalau suaminya ngambek, dia hanya membuang pandangannya menahan tawanya yang ingin meledak.

"Tertawa aja sayang, gak usah di tahan," ucap Radit masuk ke dalam mobil menggendong putrinya.

"Siapa juga yang mau ketawa?" gumam Alula membuang pandangannya keluar jendela.

Justru malah Rafi lah sekarang yang terbahak melihat raut muka Radit.

Tidak butuh waktu lama mereka pun kini tiba di kediamam Brawijaya, cukup lama juga Alula baru menginjakkan kakinya lagi di rumah mertuanya, semenjak kehamilannya sampai Baby Aya berusia lima bulan dan ini pertama kalinya baby Aya berada di rumah eyangnya, hanya kedua mertuanya lah yang kerap kali mengunjungi mereka ke Bandung karena dia juga tidak ingin jika cucunya yang masih bayi di bawa bepergian jauh.

"Assalamu'alaikum," sapa Radit dan Alula ketika masuk kedalam rumah.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka yang berada di dalam rumah tersebut.

"Masya Allah cucu eyang," seru Bu Cahya melihat kehadiran cucunya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di rumahnya.

Baby Aya yang merasa asing dengan suasananya dan menjumpai banyak orang yang belum pernah dia lihat merasa tidak nyaman, dia belum terbiasa dengan suasana ramai, Wajahnya sudah menampakkan rasa takut.

"Sini sama eyang sayang!!"

Radit pun menyerahkan putrinya ke Ibunya lalu menarik tangan isterinya duduk di sofa di ruang keluarga rumah tersebut.

Belum juga Bu Cahya mendudukkan dirinya, baby Aya sudah menangis menatap ke dua orang tuanya.

Bu Cahya segera menyerahkan baby Aya ke Alula, tapi baby Aya menjulurkan tangannya ke Papanya,

"Sama mama sayang!" ucap Alula.

Tapi tetap saja baby Aya menangis menjulurkan tangan ke Papanya.

Radit segera meraih putrinya kedalam gendongannya, Alhasil baby Aya terdiam menyembunyikan wajahnya di cerut leher Papanya.

"Copyan bapaknya banget ini, melihat alis kamu nantinya gak perlu ukir alis lagi nih Nak, cantik banget sih," tutur Athifa.

"Iya ya, waktu lahir mirip Mamanya loh," timpal Raisya.

"Anak Papa banget sih kamu Nak," ujar Rafi.

"Banget, bahkan sehari dia tidak melihat Papanya rewelnya minta ampun di susuin pun tidak mempan," timpal Alula.

"Masa sih..?"

"Terbiasa kali sama papanya mulu, abisnya Mas Radit biar anaknya masih mau tidur di kasih bangun diajak main, nangis sedikit langsung di gendong, apa-apa langsung di gendong," jelas Alula.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang