Part 19

4.7K 359 15
                                    

Pagi ini Radit berangkat ke kantor dengan penampilan yang tidak biasanya, terkenal perfect man di kantornya membuat rekan-rekannya yang lain merasa heran dan bertanya-tanya padanya.

Pakaian dinas yang tidak lagi rapi, terlihat seperti belum mandi dan rambut yang tidak serapi biasanya. Keadaannya benar-benar kacau.

"Habis disambar geledek Pak?" canda rekannya.

Tapi Radit tidak menggubrisnya dan tidak peduli dengan tatapan heran semua rekannya yang memperhatikannya, dia terus saja melangkah menuju ke ruangannya dengan muka flatnya.

Nalendra pun heran melihat keadaan Radit yang tak biasanya, bertanya-tanya dalam hatinya apa yang terjadi sepeninggalnya dari Yogya.

Karena belajar banyak dari Pak Chandra mertuanya Nalendra pun menjadi orang yang begitu bijak, tidak mencampur adukkan pekerjaannya dengan masalah pribadi, sekecewa apapun dia ke Radit, semarah apapun dirinya, Nalendra tetap melakukan pekerjaan secara profesional bersama Radit, masih saling membantu dan bekerja sama menyelesaikan suatu kasus.

"Fokus ke kerjaan kalau ada masalah di kesampingkan dulu," ujarnya ke Radit.

"Iy.. iya Pak, Maaf" lirih Radit.

"Masih ada berkas lagi yang harus kita selesaikan, sepertinya akan memakan waktu lama."

"Baik Pak."

Berbeda dengan Alula, sebisanya dia bersikap biasa saja menjalani harinya seolah tidak terjadi sesuatu dengannya, seperti hari-hari sebelumnya Alula menjalani rutinitasnya ke kampus.

"Aiissshh.. kok bisa telat sih, bisa-bisa gak di ijinin masuk kelas nih," gumam Alula.

Ya hari ini Alula telat ke kampus karena tidak di antar oleh Papanya, pasalnya ada kasus yang harus segera di selesaikan dan harus segera ke kantor.

Rasanya Alula ingin menangis saja karena dosen sudah masuk ke dalam kelasnya disaat dia sudah sampai diambang pintu.

"Alamat di usir ini," gumamnya.

"Maaf ada yang bisa saya bantu?" ucap Dosen barunya  yang sudah melakukan proses mengajarnya.

"Maaf Pak saya telat," lirih Alula menunduk.

"Ruangan kamu disini?" tanya dosen itu lagi

"Maaf Pak, ucap Alula mendongakkan kepalanya."

"Kamu?? tunjuknya tanpa sadar.

"Begitupun dengan dosennya yang tiba-tiba saja mengingat pertemuannya dengan Alula kemarin.

"Mmaaaff Pak," ucap Alula lagi dengan gugup.

"Masuklah lain kali jika terlambat saya tidak akan mentolerir kamu lagi," ujarnya.

"Iya Pak, makasih!" jawab Alula lalu masuk ke dalam kelasnya.

"Tumben terlambat," heran Satya setelah Alula mendudukkan dirinya di bangkunya.

"Gak di anterin sama Papa."

Ilman pun kembali melajutkan penjelasaannya di mata kuliahnya hingga selesai.

"Sampai disini dulu pertemuan kita, dan selamat siang," ucapnya keluar dari ruangan itu, tapi sebelumnya dia menghampiri bangku Alula yang kebetulan terletak paling depan dekat dengan pintu.

"Jam istirahat bisa menemui saya?"

"Iyy..ya Pak..!"

Hilman meletakkan secarik kertas di meja Alula, "hubungi saya jika kamu sudah istirahat," ucapnya berlalu.

"Ciee ... cieee ... pantas aja di kasi masuk ternyata ada U di balik B," ledek Dirga.

Ya.. mereka bertiga satu jurusan karena mereka tidak ingin pisah satu sama lain dan kebetulan mereka punya kesamaan masuk di jurusan psikologi.

ALURA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang