Hari sudah sangat larut, dan ini bukan masalah bagi Boby. Karena Yumira marah, lelaki itu tidak mungkin bermalam di sana. Dia berencana untuk pergi ke makam yang diduga adalah miliknya. Dengan berbekal apa yang dia ingat, Boby akhirnya menemukan titik terang kemana jalan yang harus dia ambil.
"Kau itu setan, jadi tempatmu adalah kuburan."
Bagaikan seorang manusia yang masih hidup, lelaki itu berjalan seperti biasa. Matanya menengok kesana-kemari untuk mencari pemandangan malam. Tidak ada yang menarik, karena mungkin orang-orang sudah tidur di rumah masing-masing. Sebagai seorang hantu, Boby memiliki jatah untuk bersenang-senang sebelum fajar tiba.
Sebenarnya dia merasa sedikit bersalah, tentang gagalnya rencana dia untuk merasuki tubuh Ken. Boby sendiri sebenernya tidak terlalu mengerti, kenapa lelaki itu sangat sulit untuk dirasuki. Dia seperti memiliki kekuatan yang menolaknya untuk masuk.
"Apa dia manusia setengah siluman? Ah sepertinya tidak mungkin juga."
Lelaki itu bergumam sendirian, sampai tak sadar jika akhirnya dia sampai di pemakaman. Boby pun mencari-cari nisan yang bertuliskan namanya, berharap tidak akan kesulitan untuk mencari.
Satu persatu dia baca baik-baik, sampai akhirnya sampai di tempat yang lelaki itu maksud.
"Ah ini dia," gumam Boby kegirangan.
Lelaki itu menatap kuburan yang sudah hampir rata dengan tanah. Tidak ada karangan bunga, bahkan sampah-sampah itu menumpuk tak terurus. Dia sempat berfikir, apa tidak ada satupun orang yang merindukannya di sini? Dia memiliki keluarga yang mungkin pernah menyayanginya bukan?
Boby duduk di depan nisan yang bertuliskan, Boby Sanjaya. Seorang pengusaha muda yang katanya meninggal karena kecelakaan. Entah perasaan bahagia, atau sedih yang harus Boby pasang sekarang. Karena dia sendiri bingung harus berekspresi seperti apa.
"Malang sekali nasibmu Boby. Harusnya kau bisa merasakan kebahagiaan di umurmu yang masih sangat muda, bukan malah bertentangan di dunia manusia seperti ini."
Tidak ada hal yang menyenangkan, bahkan Boby pikir dia juga tidak ingin tidur di sini. Walaupun dirinya hantu, dia tetap ingin merasakan tempat yang nyaman.
Boby berdiri dari tempatnya duduk, mencari tempat yang mungkin bisa dia singgahi malam ini. Namun seorang lelaki, membuat langkahnya terhenti.
"Siapa dia? Tidak mungkin penggali kuburan, kan?!"
Lelaki misterius itu berjalan mendekat, dengan tatapan yang setajam silet. Senyum kecil diwajahnya menandakan bahwa dia bukanlah orang yang baik. Namun Boby tidak tahu pasti dia itu siapa.
"Cecunguk ini."
"Padahal kau itu sudah mati, namun masih saja senang membuat masalah. Kenapa kau harus lahir ke dunia Boby? Kau hanya membuat hidup orang semakin sulit."
Dia menendang nisan dihadapannya, lalu pergi begitu saja. Melihat situasi itu amarah Boby meluap, jika saja dia bisa menyentuh lelaki dihadapannya mungkin sudah dia hajar.
Manusia memiliki akhlak, tatakrama yang mereka miliki sejak lahir. Dan di umur yang dewasa, harusnya mereka sudah mampu menggunakan itu dengan baik. Namun lelaki dihadapannya itu? Boby sampai tidak habis pikir.
"Siapa sebenarnya lelaki brengsek itu?! Aishhh akan ku hajar dia!" Umpat Boby kesal
Merasa ada yang harus diperiksa, Boby memutuskan untuk mengikutinya. Lelaki yang sudah berani menendang kuburannya, bahkan mengumpat dengan kasar. Dia mengenal siapa Boby, namun Boby sendiri tidak mengingatnya sama sekali.
Selama di perjalanan, hantu itu terus menatap lelaki yang memiliki raut wajah jahat. Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah, rumah yang begitu mewah dan megah.
Lelaki itu turun dengan angkuh, membawa tas hitam yang sedari tadi tidak pernah dia lepaskan.
"Kau dari mana saja Chandra? Ibu menunggu lama sekali," ucap seorang wanita paruh baya.
Boby menatap tajam wajah wanita paruh baya itu, entah kenapa hatinya terasa begitu sakit. Orang yang tidak bisa dia ingat siapa, namun mampu membuat dirinya merasa begitu dekat.
"Ibu tidurlah, ini sudah larut. Bukankah Ibu sedang sakit?" ucap lelaki bernama Chandra itu.
"Ibu tidak bisa tidur, wajah Kakakmu selalu terbayang di ingatan Ibu. Apakah dia sudah bahagia di sana?"
Wanita paruh baya itu terlihat begitu sedih, dengan raut wajahnya yang sudah hampir penuh dengan keriput. Sedangkan lelaki yang dia panggil sebagai Chandra itu, kesal dengan ucapan sang ibu.
Brak!
Dengan penuh amarah Chandra memukul meja dihadapannya, dia tidak ingin jika ibunya terus membicarakan kakaknya yang sudah lama meninggal. Chandra merasa jika kasih sayang yang wanita itu berikan tidaklah seimbang, dia hanya fokus pada sang kakak yang sudah hidup enak. Sedangkan dirinya dibiarkan sudah payah sendirian.
"Ibu sudahlah! Kenapa Ibu selalu mengatakan Kakak dan juga Kakak. Lelaki itu sudah lama mati, kenapa Ibu selalu saja membahasnya hah?!" Bentak lelaki itu marah.
"Sayang, kau tidak boleh bicara seperti itu. Karena bagaimanapun, Boby adalah anak sulung keluarga ini. Dia adalah Kakakmu, orang yang juga Ibu sayangi."
Boby tercengang bukan main, jadi wanita paruh baya dan lelaki kasar ini adalah keluarganya?! Namun mengapa mereka bertengkar ketika membahas masalah tentang dirinya? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Boby benar-benar tidak mengerti.
"Ibu hanya sayang padanya! Bahkan ketika lelaki itu sudah mati, Ibu masih saja terus membicarakannya. Kenapa tidak Ibu susul saja lelaki itu hah?!" Ucap Chandra kesal.
"Chandra! Berani sekali kau bicara seperti itu pada Ibumu!" Bentak wanita itu marah.
Lelaki bernama Chandra itu pergi meninggalkan sang ibu disana. Dia bahkan tidak perduli dengan tangisan wanita yang sudah melahirkan dirinya. Semua amarah yang ada di dalam dirinya membuat dia murka, hal yang berhubungan langsung dengan mendiang sang kakak.
Chandra sudah banyak melakukan hal bermanfaat bagi keluarga mereka, dia bahkan rela meninggalkan dunianya demi bisnis keluarga. Namun pada akhirnya sang ibu lebih memilih Boby, dengan semua alasan yang menurut lelaki itu tidak masuk akal.
"Chandra, jadi lelaki kasar itu adalah adikku? Namun mengapa sifatnya seperti itu? Kenapa dia membenci diriku?"
Potongan ingatan kini mulai muncul di pikiran Boby. Walaupun tidak semua hal bisa dia ingat, lelaki itu tahu siapa wanita dan lelaki kasar yang baru saja dia temui itu. Dia tidak pernah menyangka, jika keluarganya akan seperti ini. Chandra, lelaki itu menyalakan sang ibu atas apa yang terjadi padanya. Dia masih tetap cemburu, ketika wanita paruh itu membicarakan kakaknya yang sudah meninggal dunia.
"Boby hikss.. maafkan Ibu sayang. Kau seharusnya hidup bahagia sekarang, bukan malah mati dengan tragis. Boby hikss..."
Wanita paruh baya itu menangis histeris, dia bahkan memukul kepalanya sendiri beberapa kali. Hal membuat hati Boby hancur setengah mati, ketika dia tidak bisa melakukan apapun kecuali menatapnya. Jika saja dia masih hidup, maka Boby akan memeluk ibunya dengan pelukan yang erat. Jika perlu, dia juga ingin memukul wajah adiknya satu kali saja, agar tidak pernah menyakiti perasaan wanita yang sudah melahirkan mereka.
"Ibu aku di sini Bu, maafkan aku karena tidak bisa menolong Ibu..."
Sosok hantu itu hanya bisa terdiam, dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Dia merasa tidak berguna sama sekali, bahkan untuk memberikan peringatan kepada adiknya itu.
Boby juga sangatlah penasaran, tentang apa yang sudah terjadi pada keluarganya. Dia berencana untuk menetap, bahkan mencari tahu apa yang sudah terjadi.
"Sepertinya, semua berasal dari keluarga ini. Aku yakin, ada satu hal yang sampai saat ini tidak bisa aku ingat dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Gairah Hantu 21+
Romance21+ Berkisah tentang Yumira, gadis cantik yang berhubungan dengan seorang hantu tampan bernama Boby. Cerita sedang tahap revisi, jadi ada beberapa nama tokoh dan alur yang memang aku ganti.