Sudah setahun setelah kejadian itu. Keluarga park, tetap saja merasa terpukul. Hari-hari mereka, terasa sangat menderita dan menyakitkan. Terlebih lagi dengan jeongwoo. Pria itu, benar-benar merasa terpukul.
Seharus nya, tahun kemarin. Mereka sekeluarga foto bersama. Berpiknik bersama. Merayakan kelulusan abangnya. Namun, itu hanya hayalan bukan?
Jujur saja. Jeongwoo sering menangis di kasur jihoon. Mereka satu kamar dengan dua kasur. Jadi, setiap hari. Jeongwoo kalau kangen, ia akan tidur di kasur jihoon. Dan menumpahkan keluh kesahnya.
"Jongu, makan dulu sayang!" Panggil Rose dari bawah. Jeongwoo menurut. Ia turun dengan matanya yang membengkak.
"Sayang? Kamu kenapa nangis lagi? Udah dong. Ayo berhenti nangisin abang. Ikhlasin abang" Ucap rose seraya mengusap-usap bahu jeongwoo.
"Berhenti bilang gitu! Mama aja sering nangisin abang! Mama aja gak iklas abang pergi. Jadi berhenti bilang gitu, seolah-olah mama udah bisa menerima semuanya!" Jeongwoo menghempaskan tangan rose.
Rose menunduk. Benar, ya benar. Apa yang di katakan jeongwoo sepenuhnya benar. Ia sering menangis, bahkan sering pingsan. Ia bahkan belum bisa menerima semuanya.
"Mah! Dek, coba sini sebentar" Panggil june yang berada di Meja makan.
Rose dan jeongwoo mendekat. Terlihat, june sedang memandangi foto mereka bertiga di belakang rumah. Itu foto 6 bulan yang lalu. Setelah mereka merasa di mimpikan oleh jihoon. Jihoon menyuruh mereka, berfoto di belakang rumah. Entah apa maksudnya.
"Ngapain sih liatin foto itu. Gak penting!" Ucap Jeongwoo malas. Ia pun langsung duduk di kursinya dan mengambil roti yang sudah dengan selai.
"Bukan itu loh dek. Coba sini dulu, ini mata papa yang salah. Apa memang ini bener bang jihoon?" Ucap June membuat jeongwoo tersedak dan langsung berlari ke june.
"Mana pah?" Tanya Jeongwoo antusias.
"Ini loh!" June menunjukan jeongwoo yang berdiri di sampingnya. Dan yah, itu benar.
"Bener! Ini bang jihoon! Walaupun agak gak keliatan, tapi keliatan dikit. Ini, ini bang jihoon senyum. Senyum" Jeongwoo tersenyum pedih. Tak lama, ia mengeluarkan air matanya.
Terjadilah, pagi ini keluar park menangis bersama. Ternyata, jihoon menyuruh mereka berfoto agar dirinya bisa ikut juga. Astaga, jihoon.
"Pah! Foto ini masih ada si kamera kan?" Tanya Jeongwoo penuh harap.
"Ada, masih banyak yang lain juga" Jawab June heran melihat jeongwoo yang kesenangan.
"Oke!" Jeongwoo langsung berlari mencari kamera. Setelah mendapatkan nya. Ia langsung meneliti setiap inci foto-foto mereka.
Kemarin, jeongwoo sempat foto duduk dengan memegang bola. Dan di sana, di samping jeongwoo. Ada jihoon yang merangkul nya. Air mata jeongwoo bertambah deras.
"ABANG!" Teriak Jeongwoo senang dan sedih. Merasa senang, abang nya ikut foto.
Jeongwoo turun dengan langkah cepat. Menunjukan foto-foto yang ada jihoon nya. Walaupun terlihat tidak terang, tapi jihoon masih bisa di lihat.
"PAH! CUCI FOTO INI! BANYAK-BANYAK!" Pinta jeongwoo senang.
Rose dan june mendekat ke jeongwoo. Mereka langsung memeluk jeongwoo dengan erat. Lalu mengangguk.
"Iya sayang, nanti kita cuci semua" Ucap June seraya mengusap rambut jeongwoo.
******
"Ji-jihoon?" Beo hyunsuk tak percaya. Ia, melihat jihoon sedang duduk di ayunan.
"Hyunsuk?" Jihoon menoleh dengan kesal. "Lo kemana aja sih? Gue rindu sama lo. Lo lama banget sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Here They Are || Treasure
MizahMereka, berdua belas. Mereka bersahabat baik dari kecil hingga besar. Selalu menjalani hari-hari dengan ceria. Hingga, suatu saat akhirnya mereka bertemu dengan seorang pria yang entah bagaimana sikapnya, dan merubah persahabatan mereka. Akhirnya me...