Gue duduk di sofa ruang tamu. Sungchan juga. Tapi gak sebelahan guys, gue duduk di ujung sofa sebelah kanan, dan Sungchan di ujung sofa sebelah kiri.
Kalo kak Doy? Jangan tanya lagi, dia stay duduk mepet banget disamping gue sambil mainin laptopnya.
Ini bukan zaman megalitikum 😢 kenapa hamba harus ngadepin hal kek gini?
"Hm, anu- itu, kakak bolehin saya jalan nggak sama adek kakak?" Tanya Sungchan yang udah ketar-ketik keringet dingin.
Jangan lupa dengan fake smile yang ketahuan banget dibuat-buat.
"Kak Doy, jawab dong ihh, ijinin atau gimana? Jangan pura-pura gadenger!" kata gue sambil mukul jari tangannya yang dipake ngetik di laptop.
"Diem di rumah aja dek, lagian udah 3 hari kemaren kamu keluar rumah terus."
"Yah, itu kan keluar rumah buat main ke rumahnya Dery di depan, ngebosenin banget lagi 😔."
"Malah ngelak ni anak, durhaka lu ye."
"Kak Doy!"
"Adek! "
Sungchan refleks megang dadanya karena denger suara teriakan kak Doy dan gue yang bersamaan.
Maaf Sungchan, lo harus hidup di goa kek gini. Everyday is teriak day😩.
"Maaf kak, kalau gak ijinin gapapa kok. Kasian adeknya dimarahin kayak gitu. Saya pulang aja deh."
Sungchan bangkit dari ujung sofa dan menghampiri kak Doy buat salim.
"Dari tadi kek!" Kata kak Doy ketus dan nyentil jidatnya Sungchan pake telunjuk.
"Sungchan, gue anter ke depan ya."
Gue berdiri dan narik lengannya Sungchan trus nganter dia ke mobilnya.
"Eh apa tuh pegang-pegang?" Teriak kak Doy.
Tapi gue gak hirauin.
"Sungchan, maaf ya. Lo jangan musuhin gue ya gara-gara ini? Gue ngerasa bersalah banget tau ga sih, duh jadi gak enak kalo-"
"Stop it!"
Sungchan naruh jari telunjuknya di bibir gue.
Anjay, rasa blueberry😵
Telunjuknya aja rasa blueberry apalagi-
Eh, mikir apa sih gue😒
"Ngapain gue marah sama lo, gue gak harus maafin lo, karena lo gak salah. Gue gak punya alasan buat itu, soalnya gue sayang sama lo."
Hah? Tiba-tiba nih pengakuannya?
"Lo- sayang-sama-gue?" tanya gue patah-patah.
"Eh? Gue bilang itu ya?"
Sungchan garuk-garuk tengkuknya yang keknya gada gatelnya.
"Iya, lo bilang gitu."
"Bilang apa?"
"Gitu..."
"Gitu apa?"
"Ya gitu-"
"Yang jelas dong."
"Apanya yang jelas?"
"Gue tadi bilang apa? Apa yang udah lo denger?"
Sungchan keliatan antusias banget.
Gue narik nafas panjang.
"Tadi lo bilang sayang-"
"Sayang?" tanyanya dengan kening berkerut.
"Iya, sayang."
"Duh seneng deh. Sayang-sayangan."
Sungchan ngacak rambut gue, sambil senyum, yang bener-bener tulus.
"Udah ya, aku pulang dulu. Sayaaangg kamuu."
Sungchan ngelus pipi gue, dan kemudian lari ke mobilnya karena gerimis udah mulai turun.
Sedangkan gue? Masih stay beku di tempat dan perasaan melayang di ambang awan.
Gak lama kemudian gue denger teriakan bang Kun dan deru mobilnya di belakang gue.
"Adek, ngapain bengong? Mau hujan-hujanan sambil nyambut petir?"
Astaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah-Kasih Semut Merah° NCT OT23 (Book 1)
FanfictionGimana rasanya kalau... Jadi adiknya Kun? Punya tetangga si kembar tiga Xiaojun, Hendery dan Yangyang? Sepupu jauhnya Winwin? Punya Kakak kelas seperti Lucas? Dan belajar dengan guru les privat setampan Ten? Ditambah bonus sering ketemu sama co...