Mata [Name] terbelalak, terkejut dengan dua orang disebelah All For One. Kenapa dia disana? Bukannya mereka sudah mati? Lalu, bagaimana bisa?
"Kau pasti tengah bingung sekarang, kan?" tanya All For One.
Bahkan [Name] sudah tak mampu berkata-kata. Para penjahat dan juga Bakugou hanya terdiam. Keadaan Orang Tua [Name] sangat memprihatinkan.
Kulit pucat dan keriput, kurus kering, wajahnya terlihat bentuk tulangnya. Dan sepertinya, mereka seperti zombie hidup. Bahkan tatapan mata mereka kosong.
"Kau, apakan mereka?" ucap [Name] lirih. Dia masih syok dengan keadaan ini.
"Ya, pasti diingatanmu itu orang tuamu mati karena terjun dari laut, kan? Dan itu berkat rancangan masa depanmu, kan?" jawab All For One.
"Tapi bukan itu yang terjadi. Jujur saja aku memanipulasi ingatanmu itu dan aku juga menaruh benci diingatanmu kepada orang tuamu supaya kau tak perlu mengingat mereka lagi." sambungnya.
All For One melangkah kedepan, hendak menghampiri [Name]. "Jangan mendekat!" teriak gadis itu.
"Apa kau tak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu?" All For One menjentikkan jarinya, dia memberi ingatan asli pada [Name]. Gadis itu tersentak, matanya mendadak kosong.
Jadi selama ini ingatanku dimanipulasi?
Flashback
Hari dimana [Name] pulang dari rumah sakit. Diumur 8 tahun.
Note : kalau kalian lupa bisa baca di Part 17 : My Darkness Past
[Name] kecil berada di gendongan Ayahnya. Jujur saja gadis kecil itu masih takut dengan orang tuanya. Bahkan dia sampai mengeluarkan keringat dingin.
"[Name], Ayah dan Ibu minta maaf, ya? Selama ini kami berbuat jahat padamu." kata Ayah.
Dengan cepat gadis kecil itu menjawab, "[Name] tidak mau. Mama sama Papa jahat. Selalu nyakitin [Name]."
Ayah [Name] menurunkan gadis itu perlahan. Lalu kedua orang itu merendahkan badannya untuk menyamai tinggi anak itu.
"Nak, sungguh kami menyesal. [Name] sudah memberi kami kebahagiaan, giliran kami yang memberimu kebahagiaan juga, ya? Berikan kami kesempatan, [Name]," ucap Ibu [Name] mengenggam tangan anaknya.
Kebahagiaan? Memang benar apa yang dikatakan ibunya. Apa yang mereka beri kepada [Name] selama ini? Hanya penderitaan.
Tapi, apa salahnya memberi mereka kesempatan? Toh, [Name] hanyalah gadis polos yang dalam hati kecilnya masih menyayangi orang tuanya.
Jika tak ada mereka, bukannya dia takkan ada dunia ini?
Sejahat apapun orang tuamu, mereka tetap orang yang sangat menyayangimu melebihi siapapun. Walau cara mereka mendidik salah.
"[Name] mau maafin kalian." ucapan [Name] membuat Ayah dan Ibunya tersenyum lebar. Lalu keduanya memeluk gadis kecil itu erat.
Ah, beginikah rasanya dipeluk orang yang kau sayang? Rasanya hangat sekali.
"Syaratnya, Mama Papa gak boleh nyakitin [Name] lagi."
Ayahnya memegang kedua pundak [Name], "Tentu saja. Sekarang kami akan melakukan apapun yang kau minta."
"Kalau begitu, Mama Papa bawa [Name] ke Play Zone. Terus [Name] mau boneka besar, sepeda juga, terus [Name] mau permen lolipop yang besar juga. Pokoknya hari ini Mama Papa harus turuti apa yang [Name] mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way to be Hero.
FanfictionKarena Quirk dari [Name] sangatlah sempurna sehingga Villain selalu mengincarnya, membuat dirinya tak pernah keluar dari rumahnya. Merasa anak ini harus dilindungi, Kepolisian meminta [Name] masuk ke SMA U.A. Dan inilah kisah [Name] dan teman kelasn...