Dimohon untuk membaca Author's note di bagian paling akhir ya
Ayo tarik napas dulu sebelum baca 😂
Happy Reading!
Napas Nala tercekat kala suara Danu mengalun lembut di telinganya.
"Kamu apa kabar, La? Baik 'kan di sana?"
Nala memukul dadanya pelan, berharap segala perasaan tak enak yang ia rasakan sekarang bisa segera lenyap tak tersisa setelah ia melakukan itu.
"Maaf aku baru hubungi kamu lagi, La. Aku sengaja fokus kerja akhir-akhir ini, itung-itung biar bisa cepat ketemu kamu." Terdengar suara helaan napas lelah di ujung sana. "Capek sih, tapi setelah kamu angkat telepon ini, capekku rasanya langsung hilang gitu aja." Sebuah tawa kecil tertangkap di telinga Nala.
"Aku kangen kamu, La. Boleh aku dengar suara kamu sekali lagi?"
Namun nihil, sesak ini teramat nyata. Bukannya hilang, Nala justru merasa dadanya semakin sakit karena ternyata ia memukul terlalu keras.
"La? Kenapa? Kamu lagi sama Arza?" tanya Danu sekali lagi.
"N-nggak. M-mas Arza lagi di kantor." Entah mengapa Nala refleks menjawab begitu. Dan sedetik kemudian rasa sesal sedikit menggelayuti hatinya.
"Mas?" Nala sadar saat suara itu berubah menjadi sedikit sumbang dan pecah. Danu pasti kebingungan di sana, tapi Nala sendiri tak mempunyai keberanian untuk menyanggah, alih-alih menjelaskan.
Sejenak keduanya terdiam, sampai akhirnya Danu kembali membuka suara.
"Kamu tahu, La?"
Nggak. Sama sekali nggak tau. Dan sejujurnya ia ingin sekali menutup telinga rapat-rapat, menolak dengar apa pun yang akan diucapkan oleh Danu. Karena entah bagaimana ia yakin, Danu pasti akan mengatakan hal yang membuat dirinya semakin merasa serba salah.
"Selama di sini aku khawatir sama keadaan kamu, tapi aku masih sadar diri kalau kamu masih bersuami. Dan aku juga yakin suamimu bakal langsung nendang aku kalau sampai berani muncul di sana." Danu mendengus samar sebelum melanjutkan, "Pikiranku setiap hari selalu nggak tenang mikirin kamu sendirian di sana, lengkap dengan segala citra buruk yang masyarakat sekitar lempar ke kamu. Kamu pasti tersiksa."
Nala benar-benar tidak tahu harus bagaimana menanggapi ini semua, air matanya pun sudah menganak sungai di pipi.
"Tapi sepertinya kecemasanku ini terlalu berlebihan ... setelah mendengar cara kamu memanggil suami kamu kayak tadi. Aku merasa seperti orang tolol di sini, La."
Hening cukup lama, Nala sampai harus mengecek layar ponselnya terlebih dahulu guna memastikan sambungan telepon belum terputus.
"...Danu? Danu kamu—"
"Aku emang laki-laki paling nggak tau diri di dunia, karena sampai detik ini aku belum bisa melepas kamu, La." Danu kembali melanjutkan tanpa mengindahkan sahutan Nala barusan. "...aku berharap kamu masih Nala yang sama dengan Nala sebelum kecelakaan di tangga waktu itu."
Nala berusaha berdiri, dia ingin segera menyela dan menyudahi percakapan ini. Sekujur tubuhnya sudah gemetar hebat, mulutnya terbuka namun tak ada suara yang keluar dari sana.
"Katakan, La. Katakan kalau aku nggak berjuang sendirian 'kan? Kita masih berjuang sama-sama 'kan?"
Dan tepat saat pertanyaan itu terucap, Nala yang memang sudah sedari tadi menahan dengan susah payah agar badannya tetap berdiri kokoh, luruh begitu saja ke lantai dengan isakan yang tak mampu ia bendung dan tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nala with Her Second Chance (ON GOING)
Romance[Follow dulu sebelum baca] DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA INI! "Nala siapa?" Sebelumnya dia adalah Adira Savina, perempuan biasa dengan latar belakang biasa pula. Dia baru merasakan hidup sedikit layak setelah berhasil membangun bisnisnya sendiri. N...