Update!!! Siapa nih yg masih setia nungguin cerita ini update? 😅
Maaf ya baru bisa update, aku kemaren habis gak enak badan, mana udah masuk kuliah lagi :( jadi gitu deh huhu
Ayo target 500 votes. Bisa gak yaaa?
Happy Reading!
Tarik napas, buang perlahan ... tarik napas lagi, lalu buang perlahan, Sav. Entah sudah keberapa kali Nala melakukan hal ini di depan pintu kamar, niat hati ingin menenangkan detak jantungnya yang tengah bergemuruh hebat, walau nyatanya laju jantungnya ini tak juga kunjung tenang dan melambat seperti biasa.
Nala merasakan seluruh tubuhnya mendingin hingga rasanya dingin itu kini menusuk tulang, serta membekukan seluruh sistem saraf yang dia punya.
Kedatangan Danu benar-benar di luar perhitungannya, dia tak menyangka Danu akan datang secepat ini. Bukan karena dia belum mempersiapkan diri dengan situasi ini, bukan. Demi Tuhan hampir setiap hari ia mempersiapkan mentalnya.
Nala hanya takut ... hatinya goyah.
Ya, dirinya memang memilih Arza. Tapi siapa yang tahu 'kan dengan perasaan Nala di dalam lubuk hatinya? Bisa saja ... Nala 'asli' tak menyetujui pilihannya nanti.
Ya, Tuhan ... lalu aku harus gimana? Tidak mungkin bila dirinya tak menemui Danu sama sekali.
Sembari menguatkan hati, akhirnya Nala mulai membuka pintu kamar dengan perlahan. Dapat ia lihat jelas jari-jemarinya yang bergetar hebat saat menarik gagang pintu. Tenang Sav ... tenang.
Saat sudah berada di luar kamar, cepat-cepat dia tundukkan pandangan menatap kakinya yang tak memakai alas apa pun.
Selanjutnya, ia paksakan kakinya untuk mulai melangkah lambat ke ruang tamu. Nala merasa kali ini dia seperti membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari biasanya, padahal dia hanya berjalan dari kamar ke ruang tamu, tapi kenapa rasanya jauh sekali? Apa karena langkahnya yang terlalu lambat? Danu beneran lagi di ruang tamu 'kan? Meski penasaran, Nala belum mau mengangkat wajah sedikit pun.
Mungkin karena tidak terlalu memperhatikan jalan, hampir saja dia menubruk sofa yang untungnya tak jadi karena sebuah suara berat seseorang seketika melemaskan seluruh persendiannya.
"Astaga, hati-hati, La. Kamu kenapa?"
Melihat Nala yang bertingkah aneh, sontak Danu segera bangkit berdiri, baru saja dia ingin menghampiri Nala, namun urung karena entah sadar atau tidak Nala justru mundur satu langkah. Dan semua itu tentu saja tak luput dari perhatian sang lelaki.
Perlahan Nala mendongak dan ia benar-benar ingin menangis sekarang juga.
Pasalnya, ternyata Danu sudah berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
"D-danu ...." Susah payah ia menelan saliva yang kini terasa bak batu karang di tenggorokannya.
Danu sedikit mengernyit kala menatap wajah Nala yang pucat pasi. "Kamu baik-baik aja, La?"
Nggak, Nu .... Sayang dua kata itu hanya tertahan di ujung lidah.
Sambil menggeleng dan memaksakan senyum, Nala menjawab, "aku ... baik."
Melihat Danu yang masih memandanginya dengan dahi mengerut, buru-buru Nala duduk di sofa single berhadapan langsung dengan orang yang sesungguhnya baru pertama kali ini ia lihat secara langsung.
Tanpa bisa dicegah, netranya dengan cermat memindai keseluruhan wajah laki-laki yang amat dicintai Nala Amira ini. Saat dulu ia—Savina—membaca novel Too Late, ia membayangkan Danu memiliki paras yang manis dan menenangkan, dan ternyata bayangannya itu benar. Bahkan mungkin Danu lebih dari apa yang pernah ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nala with Her Second Chance (ON GOING)
Romance[Follow dulu sebelum baca] DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA INI! "Nala siapa?" Sebelumnya dia adalah Adira Savina, perempuan biasa dengan latar belakang biasa pula. Dia baru merasakan hidup sedikit layak setelah berhasil membangun bisnisnya sendiri. N...