BAB 25

20.9K 1.8K 124
                                    

Nala update nihh 😙

Semoga kalian suka sama bab ini yaa 💜

Happy Reading!

(Flashback)

Tepat lima hari sudah Nala bersembunyi sekaligus menumpang di rumah mewah milik keluarga Abirama.

Ia sendiri pun tak mengerti mengapa keluarga itu baik sekali padanya yang notabene hanyalah orang asing.

Padahal yang ia kenal di sana pun hanya Bu Dinda dan juga anak sulungnya.

Sebenarnya sudah tiga kali Nala ingin pergi dari sana karena sungkan dan tidak enak hati, tapi apa daya kalau Bu Dinda tak membolehkan karena tahu rencananya yang ingin menginap di rumah sakit.

Ya, sampai saat ini ibunya masih di rumah sakit. Ternyata akibat dari benturan waktu itu sedikit cukup fatal. Makanya sang ibu sampai harus dirawat selama lima hari penuh.

Untuk masalah biaya, untung saja dulu sebelum bangkrut ibunya sempat membuat asuransi kesehatan—yang syukurnya masih bisa dipakai sampai detik ini—jadi Nala tak perlu repot-repot lagi mencari pinjaman demi biaya pengobatan.

Tapi ia tetap pusing memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang sebanyak yang dia minta tempo hari. Karena Nala yakin sekali, cepat atau lambat dia pasti akan segera menemukan keberadaan dia dan ibunya.

Nala belum siap bertemu dengan orang yang sudah tak sudi lagi ia panggil papa. Oh, mungkin bukan dirinya yang belum siap, melainkan uangnya yang memang belum kelihatan wujudnya.

Sekarang, Nala sedang kebingungan sendiri memikirkan bagaimana caranya ia mendapatkan pinjaman uang sebanyak lima juta. Gajinya sebagai penjaga toko kue jelas masih jauh dari nominal yang laki-laki tua itu minta. Ingin meminjam pada Teh Sima—rekan kerja di toko kue yang cukup dekat dengannya—pun ia merasa sungkan setengah mati.

Namun, jika ia tak bisa memberikan uang yang dia minta, Nala takut ibunya yang akan menjadi korban lagi.

Ia tak masalah jika yang menjadi korban adalah dirinya. Sungguh, Nala lebih ikhlas bila dirinyalah yang disiksa oleh laki-laki bejat tersebut.

Masalahnya ... entah apa alasannya, yang pasti sang papa tak pernah sekali pun melakukan kekerasan fisik padanya, tapi jangan anggap itu hal yang baik karena sebagai gantinya Rana lah yang dijadikan samsak kemarahan setiap kali dia meminta uang untuk berjudi.

Sepertinya memang tidak ada jalan keluar lain ... terpaksa ia harus memberanikan diri meminjam uang kepada Teh Sima. Semoga saja rekan kerjanya tersebut bisa memberikan pinjaman.

"Gimana sekolah kamu tadi?" tanya Rana—Ibu Nala—yang masih terbaring di ranjang pesakitan.

Hening. Nala diam membisu, matanya pun terlihat menerawang jauh entah ke mana.

"La?"

Nala tetap tak bergeming, dia masih terlarut dalam lamunannya.

"Nala? Kamu ngelamun?"

Eh?

"I-iya, Ma? Mama tadi nanya apa?"

Alih-alih mengulang pertanyaannya tadi, wanita berumur akhir tiga puluhan itu justru menghela napas. "Kamu ngelamunin apa, La?"

Haruskah Nala berkata jujur? Sepertinya Rana tak mendengar atau mungkin lupa akan perkataan Galang yang meminta uang tempo hari.

"La?"

"Ma."

Rana mengernyitkan dahi kala mendapati sepasang tangan anaknya saling meremas gelisah di pangkuan. Pasti ada sesuatu, karena tidak biasanya Nala bertingkah aneh seperti ini.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang