BAB 13

25.9K 2.3K 90
                                    

"Lagi apa, Nu?"

Tanpa menoleh, laki-laki itu menjawab dengan ramah. "Nggak ngapa-ngapain."

"Aku duduk sini, ya?" tanya perempuan itu lagi kepada sang lawan bicara yang masih memandang lurus ke depan, tepatnya ke arah debur ombak yang cukup besar sore ini.

"Kayak sama siapa aja, Rin."

Perempuan itu tertawa pelan sebagai balasan. Setelah itu mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan keheningan menyelimuti suasana. Hanya terdengar suara deburan ombak yang menyapu pesisir pantai, juga suara kicauan burung-burung yang beterbangan.

Cukup lama sepi meraja, sampai akhirnya salah satu dari mereka membuka suara dengan satu kalimat tanya yang cukup membuat sang lawan bicara menaikkan kedua alisnya bingung.

"Rin, kamu pernah sangat mencintai seseorang?"

Jeda beberapa saat, sebelum akhirnya perempuan itu menjawab dengan lugas. "Sepertinya belum pernah. Kenapa?"

Senyum tipis tersumir di bibir Danu, sedangkan netranya masih ia fokuskan untuk memandang jauh ke lautan yang jernih.

Perempuan itu dapat melihat jelas sorot lelah dan putus asa bertengger di netra hitam laki-laki di depannya.

"Kemungkinan apa yang membuat pasangan nggak mencoba menghubungimu sama sekali?"

"Mungkin sibuk?"

Danu mendengkus geli, sebelum akhirnya kembali bersuara. "Atau mungkin kembali bahagia dengan suaminya?"

Perempuan bernama Karina itu tertegun di tempat mendengar pertanyaan retoris barusan. Sejujurnya ia penasaran, namun urung untuk bertanya lebih.

"Si brengsek itu pasti sedang memanfaatkan keadaan di sana."

Danu menyugar rambutnya perlahan. "Aku hanya berharap Nala tak kembali luluh dengan bujuk rayunya."

Oh, Danu tidak tahu saja kalau tebakannya itu sangat keliru. Karena kenyataannya justru Nala yang sedang mati-matian membujuk si brengsek yang dia maksud.

Setelah mengatakan itu Danu bangkit dari duduknya. Dia menghela napas samar sebelum akhirnya berbalik guna menatap perempuan manis yang sedari tadi memperhatikannya.

Karina lagi-lagi tertegun saat sebuah tangan terulur ke arahnya. Ketika mendongakkan kepala, ia dapat melihat senyum hangat Danu menyambutnya.

Senyum itu hangat sekali, hingga rasanya hangat itu menjalar ke pipinya. Di belakang sana pemandangan sunset semakin memperindah suasana saat ini.

Tanpa ragu Karina menerima uluran tangan itu dengan jantung berdebar, ia tahu seharusnya debaran ini tidak boleh ada. Tapi untuk sekali ini saja ia akan membiarkan debaran itu mengiringi setiap langkahnya menapaki pasir putih yang bersih. Jangan lupakan fakta bahwa tangan Karina masih digenggam lembut oleh Danu.

Dan Karina merasa jantungnya berdegup lebih keras saat jemari Danu semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Pun saat laki-laki itu menarik dirinya untuk merapat saat gerombolan turis berbadan besar lewat dan hampir menubruk tubuhnya yang tentu saja jauh lebih kecil dari mereka.

'Jangan dibawa perasaan Rin! Danu udah punya pacar!' batin Karina memperingati.

"Makasih, Nu," ucapnya dengan suara yang teramat pelan.

"Hm?"

"Makasih."

"Buat apa? Jangan sungkan gitulah, Rin."

Karina menundukkan kepalanya seraya mengangguk samar, dia membasahi bibirnya yang tiba-tiba kering. "Nu, lepasin tanganku dong. Ntar kalo ada yang liat terus salah paham gimana?" Karina mencoba untuk bersikap biasa walau debar jantungnya mengatakan sebaliknya.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang