BAB 23

21.3K 2.2K 241
                                    

Ada yg nungguin?

Here we are!

Tapi ini beneran jadi update terakhirku bulan ini sampai gatau kapan itu, karena aku gak mau janjiin apa2 ke kalian :(

Semoga kalian suka sama bab ini yaa

Happy Reading!

Langit malam yang kelam tanpa taburan bintang satu pun benar-benar merefleksikan suasana hatinya yang kacau balau dan terasa sangat ... hampa. Pun dengan isi kepalanya yang kosong dan penuh secara bersamaan, entahlah dia sendiri tak memahami dengan jelas apa yang tengah ia rasakan saat ini.

Dia kacau. Jelas.

Tak perlu menjadi manusia pintar untuk mengetahui dan merasakan sekacau apa kondisinya sekarang.

Apalagi ditambah keberadaan botol wiski yang sedari tadi menemaninya di apartemen sang adik. Rasanya sudah sangat lama dari terakhir kali ia meminum segala jenis minuman haram tersebut, sebenarnya ia sudah tak ingin mengkonsumsinya lagi. Tapi mungkin untuk sekarang dia benar-benar membutuhkannya.

Pria bernama lengkap Arzanka Shakirin Abirama itu membutuhkan pelarian, dan minuman beralkohol tinggi di tangan menjadi pilihan terbaik, baginya.

Arza ingat terakhir kali ia meminum minuman haram seperti ini, saat dia dan Nala makan malam di luar untuk pertama kali setelah istrinya tersebut mengalami amnesia.

Dan malam itu juga yang menjadi malam pertama ia dan Nala dapat bercumbu mesra lagi setelah sekian lama tak bersinggungan badan, mungkin lebih tepatnya Nala yang menolak mentah-mentah untuk melayani kebutuhan biologisnya selama dua tahun belakangan.

"Lo yakin nggak mau pulang, Za?"

Lamunannya buyar kala Razka berdiri menjulang di samping tubuhnya yang terduduk diam di lantai balkon apartemen. Dalam diam ia meneguk lagi cairan asam nan pahit yang masih setia menemani.

"Lo gila, harusnya gue nggak usah nawarin wiski segala," dumel Razka saat Arza hanya terus menyesap isi dari botol minuman beralkohol tinggi tersebut.

Anak tengah keluarga Abirama itu merasa sangat menyesal telah menawari stok minuman kesayangannya itu pada sang sulung.

Arza dan alkohol benar-benar perpaduan yang amat sangat tidak bagus.

Karena meski terlihat paling alim dari ketiga anak Mama Dinda Abirama, Arza justru yang paling memiliki toleransi tinggi pada minuman yang mengandung alkohol. Kakaknya itu tidak mudah tumbang walau sudah meminum dua botol wiski sekali pun. Dan Razka merutuk, sebab dia baru ingat akan fakta itu sekarang.

"Kalau Mama tau lo enak-enakan mabok-mabokan gini di apartemen gue padahal bini lo lagi nelangsa muntah-muntah tanpa henti sambil nangisin lo sepanjang hari, tanpa perlu nebak susah-susah gue udah tau Mama bakal gampar muka lo bolak-balik depan belakang," ujar Razka enteng sembari mengeluarkan sepuntung rokok dari celana jeans-nya.

Walau tak ditanggapi sama sekali, Razka tetap terus mengeluarkan ocehannya dengan sangat berisik dan beruntun. Tak peduli kakaknya mendengarkan atau tidak. Peduli setan! Dia muak selalu ikut pusing dengan urusan rumah tangga Arza.

Padahal ia sama sekali tidak mau tahu, demi Tuhan! Seharusnya si bungsu juga ikut merasakan pusing yang ia rasakan, bukan malah enak-enakan tinggal di Ibukota!

Kampret!

"Mama kapan ke sini?"

Akhirnya Arza mampu mengeluarkan suara walau hanya terdengar seperti gumaman serak.

"Lo ngomong sama gue?" Tanpa perlu repot menutup-nutupi nada sinis dalam ucapannya, Razka menunduk guna menatap malas wajah Arza dengan menaikkan sebelah alis, meremehkan.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang