BAB 11

28.7K 2.8K 26
                                    

Dari kemaren kayaknya berat mulu ya, yaudah deh bab ini kita ringan2 ajahh

Siapa yg udah kangen sama pasangan Tom and Jerry ini???

Baru banget diketik nih, tandain kalo ada typo yaa

Happy Reading!

"Tapi Kakak 'kan belum boleh ngapa-ngapain dulu sama Mas Arza."

"Ck, biarin aja."

"Kak—"

"Ya, ampun Aila! Aku cuma mau bikin kue buat camilan, apa masalahnya sih?"

Jadi, begini cerita singkatnya. Siang ini mereka berdua sedang menonton televisi yang menayangkan acara petualangan—yang jujur saja tak sungguh-sungguh ditonton oleh keduanya, terutama Nala. Lalu di pertengahan, perut mereka berdua berbunyi nyaring hampir di waktu yang bersamaan. karena kepalang malu, akhirnya Nala dengan entengnya mengajak Aila untuk membuat kue camilan.

Bukannya Aila tidak mau ya. Aila jelas sangat tahu kalau kakak satu-satunya ini sangat mahir dalam membuat kue-kue atau makanan manis lainnya, dan itu memang salah satu keahlian yang paling kakaknya ini banggakan. Dan kalau boleh jujur, Aila pun sudah sangat merindukan rasa dari kue-kue yang dibuat oleh tangan ajaib Nala.

Masalahnya di sini adalah ... kakak iparnya melarang keras Nala untuk beraktivitas apapun selama setidaknya seminggu ini, bahkan tiga hari kemarin dia benar-benar menyuruh—atau lebih tepatnya memerintah—istrinya untuk bedrest total di kamar.

Dan lebih anehnya lagi, Nala menuruti begitu saja perintah suaminya itu, karena mungkin kakaknya memang lemas setelah tak sadarkan diri selama sepuluh jam. Tapi berhubung ini adalah Nala Amira, maka Aila tidak lagi terkejut jika hari ini Nala kembali menjadi wanita pemberontak yang tidak suka dikekang siapapun, termasuk suaminya sendiri.

Rasanya dia ingin mengiyakan saja permintaan Nala saat ini, tapi dia takut akan mendapatkan masalah nantinya.

Perempuan yang lebih muda itu mulai merasa lelah menghadapi sifat keras kepala sang kakak. "Sebenarnya nggak masalah, tapi Kak Nala 'kan baru aja keluar dari rumah sakit empat hari yang lalu."

"Aku udah terbaring kayak orang tua selama tiga hari, Aila ...."

"Kata Mas Arza 'kan setidaknya semingㅡ"

"Nggak! Kalau nurutin Arza mah bisa-bisa sebulan, bahkan setahun aku nggak boleh ke mana-mana!"

Benar juga. Tidak ada yang bisa menjamin setelah seminggu berlalu, Arza akan benar-benar mengizinkan Nala pergi atau beraktivitas di luar maupun di dalam rumah sesuka hatinya.

Namun tetap saja, perintah seorang Arzanka itu bersifat mutlak. Nala harusnya sudah tahu itu.

"Kita bisa minta tolong Bi Jannah untuk membuatkannya."

"Aiㅡ"

"Kak, please, sekali ini aja ya Kakak nurut sama aku? Ini semua juga demi kesehatan Kakak ...."

Nala mendengkus samar sebelum akhirnya mengangguk kaku. Untuk kali ini saja dia akan mengalah dengan adiknya.

Melihat anggukan itu tentu saja Aila senang bukan main. Dia langsung memeluk erat tubuh Nala seraya berucap, "Nah gitu dong. Yaudah, yuk, kita suruh Bi Jannah buat bikin camilannya."

Lalu kedua kakak beradik itu berjalan bersisian menuju pantry dengan tangan yang saling bergandengan–ralat, maksudnya Aila yang menggandeng tangan Nala.

"Ai, nanti aku mau nanya-nanya lagi tentang pertanyaanku yang belum kamu jawab kemarin, ya," ucap Nala tanpa menoleh sedikitpun ke arah Aila yang saat ini air mukanya sudah berubah menjadi sedikit gusar.

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang