BAB 34

1.3K 100 6
                                    

"Kamu ngapain ke sini?" Perempuan bernama lengkap Nala Amira itu bersuara saat melihat orang yang sedang tak ingin dilihatnya justru sudah berada tak jauh dari tempatnya terduduk saat ini.

"La, aku bisa jelasin semuanya ke kamu. Kamu tenang dulu ya."

Bukannya menurut Nala justru tertawa sumbang mendengar ucapan Arza barusan, jantungnya masih berdenyut sakit tatkala mengingat kenyataan apa yang baru saja ia ketahui tadi pagi.

Kalau saja Danu tidak datang dan memberitahukannya soal ini, apakah selamanya ia akan berada dalam ketidaktahuannya?

Jahat sekali pria di depannya ini, padahal baru hari ini ia akan memberikan kejutan dan mengatakan kalimat keramat berupa 'I love you' yang belum pernah ia katakan secara terang-terangan kepada sang suami. Namun semuanya telah menjadi bubur basi, ia tak sudi lagi melaksanakan niat awalnya itu.

Hatinya sudah terbalut amarah yang sepertinya akan sulit padam untuk beberapa hari atau bulan ke depan. Ia benar-benar tak menyangka kalau pria yang ia pikir sangat baik itu ternyata justru orang yang paling kejam selama ini.

Kenapa dunia ini terasa tak pernah adil pada hidupnya? Kenapa Tuhan tak pernah menyayanginya? Nala menjambak sendiri rambutnya dengan cukup keras.

"Aku nggak butuh penjelasan apa-apa lagi dari kamu, aku cuma butuh kamu menandatangani surat cerainya!"

Mendengar kata-kata cerai kembali terucap dari mulut Nala, mau tak mau membuat Arza panik dan ikut tersulut emosi. Demi Tuhan Arza tidak akan pernah melepaskan Nala sekali pun. "Dalam mimpimu, La! Sampai mati pun aku nggak akan pernah tanda tangan di sana."

"Kenapa? Kenapa kamu tega begini sama aku?" tanya Nala dengan air mata yang terjatuh lagi, padahal ia sudah dengan sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak jatuh di depan Arza. Namun, nyatanya sulit untuk tidak menangis di situasi seperti ini.

Arza benci melihat air mata sang istri, sebelum menjawab lagi ia pun mencoba untuk menenangkan diri terlebih dahulu dengan menarik dan membuang napas secara perlahan-lahan. "Maka dari itu ayo kita selesaikan semuanya, La. Aku bisa jelasin apa pun yang mau kamu tau sekarang."

"Udah aku bilang aku nggak mau dengar penjelasan apa-apa dari kamu! Kenapa kamu nggak ngerti juga?!"

"Karena semuanya cuma salah paham, kamu cuma tahu sebagian dari keseluruhan cerita sesungguhnya, La."

"Kalau begitu kenapa nggak dari dulu kamu jelasin semuanya ke aku? Kenapa harus nunggu aku tau semuanya dari orang lain dulu baru kamu mau jelasin semuanya? Kenapa Mas? KENAPA?"

Kali ini Arza tak menjawab lagi, dia hanya diam termenung dengan mulut yang terkunci rapat.

Dan Nala yang melihat keterdiaman Arza setelah mendengar kalimatnya barusan, mau tak mau semakin naik pitam dan sakit hati, karena diamnya Arza sekarang karena pria itu memang tak berniat sedikit pun memberitahunya tentang masalah ini.

Entah apa yang Arza pikirkan, yang jelas Nala tak terima ia tak mengetahui apa-apa selama dua tahun belakangan.

Hatinya berdenyut sakit, dan jujur di relung hatinya yang paling dalam ia masih menolak percaya mengenai fakta yang baru ia ketahui hari ini. Karena memang sangat sulit percaya kalau seorang Arzanka Shakirin Abirama yang selama ini ia kenal bisa melakukan itu padanya.

Karena tak mendapatkan tanggapan lagi, Nala pun bangkit dari duduknya dan mulai berlalu menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Di pertengahan tangga, Nala berbalik untuk mengatakan kalimat yang sukses membuat Arza menendang guci besar yang ada di ruang tengah sampai pecah berkeping-keping.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nala with Her Second Chance (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang